Frankfurt Bookfair 2024: Wisata Kaya Pengetahuan yang (Harusnya) Bisa Melatih Kepekaan
Sobat Surat Dunia siapa di sini yang suka datang ke pameran buku? Saya pasti langsung tunjuk jari! Dari zaman tinggal di Indonesia sampai saat merantau di Jerman, datang ke pameran seperti ini memang menyenangkan. Nah, kebetulan saya hari Sabtu 19 Oktober lalu berkesempatan untuk datang ke Frankfurt Bookfair 2024 atau yang ke-76 tahun. Kegiatan ini berlokasi di kawasan Festhalle Messe dari tanggal 16-20 Oktober.
Tiket harian harganya memang cukup mahal, yakni 28 euro atau sekitar Rp470.000. Namun, karena saya masih punya kartu pelajar, saya membayar 16 euro atau Rp270.000. Dengan harga segini, kita bisa seharian keliling area pameran yang luaaaaaas banget dan isinya bermacam-macam. Mulai dari buku anak, novel terbaru, hingga ragam buku internasional. Tahun ini Italia dipilih sebagai Guest of Honor alias tamu kehormatan.
Indonesia lewat sejumlah penerbit, tahun ini pun ikut berpartisipasi. Di antaranya ada Alqosbah Publisher yang hadirkan Al-quran yang ada arti terjemahan dalam bahasa Inggris, Jerman, Prancis hingga Belanda. Mereka juga pamerkan ragam buku anak yang Islami. Lalu, dari Jakarta juga ada JakTent atau Jakarta Content Week yang hadirkan sejumlah buku anak dua bahasa. Saya pun beli 2 buah buku cerita anak.
Lalu ada stan yang bikin saya penasaran, yakni stand dari negeri Sakura Jepang. Mereka memberikan selebaran info soal komik-komik baru rilis. Di sana saya menemukan komik yang jadi bacaan waktu kecil, yaitu Crayon Shinchan dalam bahasa asli. Makanya saya foto bareng. Sayang banget sih, tidak untuk dijual huhuhu.
Hal yang saya suka dari pameran buku adalah banyak stan menarik nan unik, hingga momen berburu buku terbaru, murah atau gratisan hehe. Saya dapat beberapa buku belajar bahasa Inggris untuk bocah SD, lumayan! Oiya, benda lain yang jadi gratisan adalah kartu pos, pulpen hingga pembatas buku. Lumayanlah buat jadi kenang-kenangan.
Selain itu, saya yang merupakan pecinta notebook alias buku catatan ini bisa membeli buku dengan cover kain Tartan khas Skotlandia. Si bapak sang penjual pun ramah menjawab pertanyaan pengunjung soal budaya Tartan ini. Rupanya Tartan mirip batik atau kain tenun di Tanah Air. Tiap motif berasal dari daerah berbeda dan punya arti tersendiri.
Ada lagi yang unik. Tahun ini di area luar ada pameran khusus yang dibuat para aktivis peduli Palestina. Mereka mendirikan pameran mini di sebrang area Messe pada tanggal 19-20 Oktober.
Bertajuk Palestinian Literatory Book Fair, acara ini berisi pameran foto, diskusi hingga penjualan sovenir untuk donasi. Ada pula aksi unjuk rasa yang mengkritik Frankfurt Bookfair yang dianggap kurang peka dan tidak peduli adap isu kemanusiaan yang saat ini berlangsung di Palestina. Apalagi tahun lalu, panitia acara ini terang-terangan memboykot penulis Palestina dan menyatakan dukungan di pihak Israel.
Saya datang 3 tahun berturut-turut, yakni mulai dari 2022 hingga tahun ini. Jujur, jika dibandingkan tahun lalu, di 2024 ini acaranya memang lebih sederhana. Entah karena kurang sponsor, atau memang niatnya begitu. Buktinya, karpet merah yang biasanya jadi alas lantai, jadi cuma beberapa. Alasannya sih peduli lingkungan karena tidak harus habiskan energi saat proses bersih-bersih. Namun bisa jadi karena sewa karpet mahal. Hmm, memang harus peka ya..