75 tahun Terjalinnya Hubungan Diplomatik Rusia-Indonesia: Jauh Di Mata, Dekat Di Hati
Penulis: Dr. Victor A. Pogadaev/Moskow
Pada tanggal 18 Desember baru ini, perhatian seluruh komunitas ilmiah di Moskow tertuju pada konferensi “Rusia – Indonesia: masa lalu, sekarang, masa depan. Untuk memperingati 75 tahun terjalinnya hubungan diplomatik” yang berlangsung di Universitas Kemanusiaan Negeri Rusia (RGGU). Konferensi ini diprakarsai oleh Asosiasi Rusia untuk Kerjasama Internasional (RAMS) dan Persatuan Persahabatan dengan Indonesia (PPI) yang bekerja sama dengan KBRI Rusia dan Persatuan Sejarah Rusia (PSR). Konferensi ini dihadiri oleh mahasiswa asal Indonesia yang belajar di universitas-universitas Moskow serta mahasiswa Rusia yang mempelajari bahasa dan budaya Indonesia.
Pidato sambutan untuk konferensi disampaikan oleh Wakil Rektor Bidang Penelitian RGGU Olga Pavlenko, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Rizki Aulia Rahman Natakusuma, Duta Besar Indonesia untuk Rusia Jose Antonio Morato Tavares, Duta Besar Rusia untuk Indonesia Sergei Tolchenov, Ketua Komite Nasional Sejarawan Rusia, Direktur Institut Sejarah Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia Akademikus Alexander Chubaryan, Sekretaris Jenderal RAMS Vladimir Polozkov, Ketua Dewan PSR, Direktur Eksekutif Yayasan “SejarahTanah Air” Ruslan Gagkuev, Presiden PPI Ruslan Bayramov, Presiden Persatuan Persahabatan “Indonesia – Rusia” Suryo Susilo.

Konferensi ini merupakan bagian dari proyek internasional jangka panjang yang tujuannya adalah untuk membahas hubungan Rusia dengan negara-negara Timur, memberikan analisis tentang bagaimana pengalaman sejarah hubungan membantu menemukan jawaban atas tantangan saat ini.

Pakar Rusia dan tamu undangan dari Indonesia membahas isu-isu hubungan Rusia dan Indonesia serta strategi dialog saling percaya berdasarkan prinsip kesetaraan, saling menghormati dan kerja sama. Antaranya Wakil Kepala Misi Diplomatik Republik Indonesia di Federasi Rusia Dr. Berlian Helmy, profesor Universitas Negeri St. Petersburg Rahakundini Laspetrini (Connie Bakri), Dosen Universitas Indonesia Dr. Ahmad Fakhruroji, pendiri Yayasan Kitiran Sabrang Movo Damar Panuluh dan lainnya.
Minat yang besar dibangkitkan oleh beberapa makalah tentang asal mula hubungan Rusia-Indonesia dan kunjungan para penjelajah, ilmuwan, dan bahkan petualang Rusia di Indonesia. Salah satunya, Maligin, tiba di Indonesia pada tahun 1892 di mana menjadi penasihat raja Lombok dan bahkan ikut dalam pemberontakan melawan Belanda di pulau tersebut pada tahun 1894. Lainnya, ahli vulkanologi V.I. Petrushevsky pada tahun 1920 datang ke Indonesia karena melarikan diri dari Rusia dan pada tahun 1921 mulai bekerja di bagian geologi Departemen Pertambangan. Ia mengikuti 280 ekspedisi ubtuk menjelajahi kawasan gunung berapi di Jawa, Sumatra, Sulawesi, Kalimantan, Bali, dan pulau-pulau lainnya. Karya Petrushevsky diakui di antara rekan-rekan ilmuwannya: pada kongres ahli geologi pascaperang di Oslo, dia dinyatakan sebagai “juara”, karena adalah satu-satunya di dunia yang turun ke dalam 68 kawah. Salah satu gunung berapi di pulau Lomblen (Kepulauan Sunda Kecil) dinamai menurut namanya: “Petrush” – begitu dia disebut oleh penduduk setempat. Dan perlu juga memberi sanjungan kepada insinyur Ivan Blagov yang tinggal di Jawa selama tiga tahun (1920-1923). Dia melaksanakan sejumlah proyek hidroteknik; pelabuhan di Surabaya sesuai rencananya dibangun kembali.
Saat ini, Persatuan Persahabatan dengan Indonesia aktif berupaya mengembangkan hubungan budaya antara kedua negara kita, dan kegiatannya meliputi proyek megah “Rumah Indonesia” di kawasan pinggir Moskow.

“Jauh di mata, dekat di hati” pepatah Indonesia berbunyi, dan kebenarannya sudah terbukti dengan terjalinnya hubungan saling menguntungkan kedua negara selama 75 tahun.