Pengalaman Ramadan Pertama Sebagai Istri Warga Prancis, Beda Menu!
Salam Diaspora! Perkenalkan nama saya Silvia Chaumé, perantauan di Prancis. Sebenarnya puasa jauh dari keluarga bukanlah hal baru buat saya karena sebagai anak perantauan saya sudah terbiasa tidak tinggal sama orang tua. Semejak SMA saya sudah tinggal dengan keluarga dari ayah di luar kota yang jaraknya sekitar 7 jam dari rumah orang tua. Jadi hidup jauh dari keluarga ketemu paling lama seminggu atau dua minggu dalam setahun sudah biasa saya jalani semenjak masih umur 16 tahun.
Tapi yang baru bagi saya adalah berpuasa di negeri orang! Ini baru pertama kali nya selama hidup saya. Mengapa kini saya jadi berpuasa di di Prancis? Karena setelah saya memutuskan untuk menikah dengan warga negara perancis, otomatislah kini saya harus ikut suami untuk untuk tinggal di negaranya. Dan bulan suci Ramadhan sebagai suami istri yang muslim tentunya kami pun ikut berpuasa dan menjalankan ibadah-ibadah lainnya seperti taraweh.
Bulan Ramadhan kali ini jatuh di bulan april, sekarang di Perancis sudah masuk musim semi suhunya masih dingin buat saya yang terbiasa tinggal di iklim tropis tentunya suhu dingin ini membuat diri sedikit sulit beradaptasi pada awalnya. Tapi sekarang Alhamdulilah sudah merasakan lebih baik. Puasa di Perancis itu waktunya lebih lama dari pada di Indonesia. Di daerah tempat kami tinggal, jadwal Imsak sekitar 06:20am dan magrib itu sekitar 20:30pm. Lumayan lama kan puasanya karena itu kita harus kuat-kuat fisik dan mental untuk puasa disini karena tinggal di negara minoritas muslim jadi suasana ramadhan itu tidak terlihat seperti di indonesia yang ramai orang jualan takjil untuk berbuka puasa, sahur on the road, atau orang-orang berbagi makanan untuk buka puasa, disini sama seperti hari-hari biasa saja. Bahkan di negara ini adzan pun tidak terdengar dari masjid, jadi kalau mau dengar adzan hanya lewat telpon genggamlah saya bisa mendapatkannya.
Tentunya suasana ramadhan di Indonesia itu selalu dikangenin buat saya sebagai anak rantau. Karena saya dan suami itu bedalayar belakang budaya jadi sudah bisa dibayangkan dong selera kami salah satunya dalam makanan tentunya berbeda sekali. Bagaimana dia yang hari-hari makan roti sedangkan saya tetap nasi sebagai makanan pokok. Jadi tidak bisa memaksakan dirinya untuk makan masakan indonesia setiap hari, begitupun dengan dirinya yang tidak bisa memaksakan istrinya untuk makan roti tiap hari. Jujur saja rasanya belum terbiasa makan-makanan western, maklum masih lidah kampung, hehehehe.
Kami tinggal berdua dirumah, eh engga deh ada kucing satu ekor yang selalu menemaniku dirumah kalau suami kerja. Setiap hari ketika sahur aku terbiasa makan nasi karena rasanya kalau makan nasi nggak bakalan kelaparan seharian berpuasa, hehehehe…. Tapi suami, dia hanya minum susu coklat panas terus makan roti selai dan buah pisang atau apel itu bagi dia itu sudah cukup mengganjel perutnya seharian, beda sama orang Indonesia ya kalau belum makan nasi pasti masih ada aja kurangnya.
Sekarang sudah masuk Ramadhan ke 6 di Perancis, karena kami mulai puasa di tanggal 2 april, Alhamdulillah sudah hampir seminggu Ramadan dilalui di negara ini tanpa halangan yang berarti. Temen-temen puasanya bagaimana apakah sudah ada yang bolong…??? Masih semangat kan ya, buat temen-temen di Indonesia jangan mau kalah dengan kami yang tinggal di luar negeri ya karena kami puasanya lebih lama tentu lebih berat, semoga kita selalu diberi kelancaran dalam berpuasa ya temen-temen.
Mohon maaf belum bisa cerita lebih banyak lagi karena baru dikit pengalamannya. Kalau temen-temen mau kenal lebih dekat boleh add Facebook atau instagram saya. Insha Allah kita bisa saling mengenal satu sama lainnya. Diakhir kata saya mohon maaf kalau ada salah-salah kata dalam penulisan. Semoga kita semua selalu dalam bimbingan dan lindungan Allah SWT. Salam dari kami anak rantau, oh ya kalau ada yg mau main kerumah silahkan pintu rumah kami terbuka lebar buat teman-teman. Kami tinggal disebuah desa kecil di Perancis. Salam kenal semua.
Sweet couple nih.