Jalani Puasa Di Jerman Rasanya Campur Aduk

Catatan Aulia Kurnia

Di beberapa bagian dunia, Ramadan tahun 2022 ini jatuh tepat di musim semi. Hal ini menjadi tantangan buat saya yang lebih dari 30 tahun lahir dan tumbuh di Indonesia. Di tanah air, saya sebagai mayoritas merasa tantangan terbesar adalah diri sendiri bagaimana mengendalikan hawa nafsu dan emosi. Namun menjalani ibadah puasa pertama di Eropa tantangannya lebih besar.

Mulai dari cuaca, waktu berpuasa yang lebih panjang hingga segala tantangan lain yang pada awalnya sempat bingung. Misalnya di saat sahur pertama, saya sedang menginap di rumah teman orang Jerman yang tidak beragama. Agak bingung kasih penjelasan soal puasa dan sahur. Untungnya saya masih dikasih makan, meskipun hanya buah-buahan hehe.

Selain itu, di hari pertama juga, kebetulan Frankfurt cuacanya agak buruk yakni salju dan berangin sehingga agak lemes juga buat beraktifitas. Namun hal ini bisa disiasati dengan… tidur hingga 4 jam hihihi. Rasanya tidur bisa jadi pengisi waktu sekaligus membuat tubuh ini menyesuaikan jam yang panjang. Biasanya di Indonesia kita berpuasa 13 jam, di Jerman ini kami berpuasa 15 jam. Lumayan lah.

Di Jerman ini saya tinggal dengan keluarga Indonesia yang meskipun bukan muslim, mereka sangat toleransi dan baik. Mereka bahkan membantu menyiapkan menu buka puasa yang menurut saya cukup ‘mewah’ untuk kami yang tinggal di benua biru, yakni pastel tutup dan ayam cabai merah. Ada juga tumis pakchoy dan udang saos padang. Semua ini kalau ditambah nasi hangat, rasanya nikmat bangetttt!

Saat menikmati santap sahur dan cuma sendirian pun bukan masalah. Pasalnya, saya bisa menghangatkan makanan dan juga mengonsumi buah-buahan plus air putih. Sajian yang ada rasanya membuat saya bersyukur banget. Di samping itu menjalanka Salat pun sementara ini lancar-lancar saja karena kuliah di pekan pertama puasa masih belum berlangsung.

Banyak hal yang saya rindukan saat mengisi bulan suci di tanah air. Di antaranya makanan berbuka puasa alias menu takjil yang beraneka ragam, undangan buka puasa sampai momen beribadah bareng keluarga saat papa saya masih ada. Di tahun 2022 ini papa berpulang ke Rahmatullah 3 minggu sebelum Ramadan sehingga pasti ada rasa yang berbeda. Sementara kalo bukber, saya coba cari tahu info-info bukber di Masjid Indonesia. Nanti saya update lagi ya hehe

Namun hidup sebagai pelajar dan perantau di negeri orang, membuat diri harus lebih kuat dan bertahan. Dengan segala tantangan yang ada, sejauh ini bisa saya hadapi karena saya percaya Allah tidak pernah memberi ujian tanpa melihat kemampuan hamba-NYA. Insha Allah pasti bisa lancar jaya sampai hari kemenangan 🙂

2 tanggapan untuk “Jalani Puasa Di Jerman Rasanya Campur Aduk

  • 14 April 2022 pada 17 h 02 min
    Permalink

    Saya pernah puasa di LN waktu itu di Amerika, memang beda banget rasanya. Sendiri banget rasanya.
    Salut sama para WNI yang sudah mentap di LN lama tapi masih tetap menjalankan ibadah puasa sevara baik.

    Balas
  • 14 April 2022 pada 17 h 04 min
    Permalink

    Aku senang deh baca catatatn Aulia, bahasanya sederhana gampang dicerna. Salam kenal kakak Aulia

    Balas

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *