Sampai jumpa lagi (1)
Lockdown
16/03/2020. Seharian isi sms dan email saya adalah:
“sampai jumpa lagi”
Bukan teman yang kirim tapi para toko dan café resto langganan kami.
Karena di Prancis memang terbiasa memiliki kartu langganan untuk tempat perbelanjaan, café resto atau tempat lainnya.
Mereka menyatakan sampai jumpa lagi karena semua tutup sesuai peraturan yang diberlakukan ada yang mulai tanggal 15 Maret untuk resto, café dan tempat hiburan dan 16 Maret untuk pertokoan.
Awalnya saya biasa saja. Walaupun sempat miris melihat tulisan2 di dinding FB saya bagaimana mereka yang dikarantina dan kena lockdown alias mengunci pintu.
Tapi sejak pagi tadi ketika Bazile mulai sekolah di rumah, saya baru merasakan bagaimana itu baru awal dari yang lebih parah. Karena hingga kapan anak2 saya akan terkurung saya tidak tahu.
Pukul 11 berita seputar Macron akan bicara malam ini akan menutup negara mulai semakin kencang.
Saya sempat cemas, bagaimana jika daging halal langganan saya tutup? Atau seluruh toko daging ikutan tutup? Kami biasa mengkonsumsi daging halal.
Akhirnya saya putuskan untuk keluar membeli daging di toko langganan saya.
Waktu saya datang hanya ada dua orang di depan saya.
“ah masih aman” tapi ketika saya melihat etalase…
Hanya tinggal sedikit daging yang tersisa. Dan orang di depan saya membeli sangat banyak hingga ratusan euros. Dua potong daging yang sudah saya lirikpun dia beli.
“ah nasib kata keluh saya”
Sampai pas giliran saya, tukang daging teriak kecil
“memang cuma saya tukang daging di sini? Bagaimana saya bisa melayani semuanya ini?”
Saya lihat tatapan dia memandang ke belakang punggung saya, membuat saya menoleh kebelakang.
Ya Allah, antrian sudah sampai ke trotoar! Padahal tadi pas saya datang belum seramai ini. Karena mereka antri rapi saja saya jadi tidak engeh.
Melihat itu saya yang tadinya mau beli daging agak banyak langsung merasa tak enak. Memikirkan bagaimana kalau yang sudah mengantri lama tidak kebagian.
Pada saat tukang daging sedang mempersiapkan potongan paha domba muda bagi saya, saya tanya ke orang di belakang saya yang nampaknya bukan muslim.
“Anda moslem?”
“oh bukan kenapa?”
“soalnya kalau bukan muslim di seberang ada juga toko daging bagus sekali mungkin kalau mau anda bisa ke sana dari pada ngantri lama karena saya belum selesai membeli”
“ya saya tahu ini toko daging halal dan saya tidak peduli halal atau bukan tapi kualitas daging di toko ini sangat bagus sekali dibanding toko daging sekitar sini”
“ah baiklah” kata saya Rupanya toko daging halal langganan kami dianggap sangat baik pantas saja selalu ramai.
Setelah saya membeli beberapa potong daging, saya melihat miris antrian yang kini sudah sampai ke jalan. Dan melihat toko daging biasa hanya ada 2 org yang membeli. Heran tapi alhamdulillah mereka malah memilih daging halal yang justru sering dipermasalahkan.
Niat saya lanjut ke supermarket terpaksa batal. Karena untuk masuk saya harus antri di luar.
Harus menunggu satu orang keluar baru satu masuk begitu seterusnya. Saya jadi malas apalagi saya pikir masih cukuplah persediaan untuk 2 mingguan. Ternyata benar saja, semua teman2 saya menyatakan supermarket kosong, orang2 menyerbu bagaikan ketakutan.
Ya Allah, baru kali ini saya didapatkan oleh situasi seperti ini.
Melihat orang2 cemas. Melihat orang2 panik.
Melihat orang2 takut kelaparan.
Dan malamnya Presiden Macron menyatakan hal yang sudah saya cemaskan.
Lockdown! Kunci! Tutup !
Bahkan Macron mengecam warga prancis yang masih saja tidak mematuhi. Himbauan berubah menjadi sebuah sanksi.
Akan ada polisi patroli untuk mengawasi warga prancis yang masih nakal keluar rumah bukan untuk urgent (gawat darurat).
Macron bahkan berkata
Kita sedang berperang!!!
Kata berperang ia gunakan berkali2.
Perang melawan musuh tak terlihat.
Berperang dalam kesehatan.
Ya akhirnya situasi ini memang layaknya bagaikan sebuah perang. Dan sangat menakutkan karena musuh tidak terlihat tapi bisa mematikan.