Kisah WNI di Italie “Mohon Berdiam Diri di Rumah”

Saya Opie Miorelli WNI yang tinggal di Riva Del Garda, provinsi Trento – Nord Italia, sedikit ingin membagikan cerita dari apa yang saya alami dan terjadi di kota saya. Awal maret kami sekeluarga sakit dan dokter tidak menyarankan kami untuk datang ke klinik.

Di awal bulan Maret, kami sekeluarga sakit. Saya dengan keluhan flu dan sedikit batuk juga linu diseluruh badan. Sementara anak dan suami dengan keluhan batuk dan pilek. Kamipun menelpon dokter keluarga untuk berkonsultasi keluhan kami dan dokter tidak menyarankan untuk datang ke klinik tapi tetap memberikan informasi jika ada keluhan selanjutnya.

Kami diperbolehkan hanya minum paracetamol sebagai penurun panas dan obat batuk. Dokter juga mengaharuskan kami mengkarantina diri minimal 2 minggu sampai kondisi pulih total.

Alhamdullilah 3 hari kemudian demam pun pulih tapi batuk masih terus berlanjut karena itu dokter meyarankan untuk melanjutkan minum obat batuk hingga sehat kembali.

Data per peta dari harian online di provinsi kami, sekitar Riva Del Garda dan beberapa kota terdekat mengenai orang-orang yang positif covid-19

Saat konsultasi dokter juga menanyakan apakah kami pernah mendatangi kota yang sudah dinyatakan zona merah atau zona berbahaya yang sudah ditetapkan pemerintah, kami menjawab tidak. Tempat kursus teakwondo anak saya, Francesco Darma juga mewajibkan untuk mengisi formulir setelah tahu jika anak saya sakit dan apakah selama beberapa minggu terakhir tidak keluar kota atau negara di luar Italia.

Francesco Darma Miorelli

Itali yang sudah memberlakukan aturan menjaga jarak dengan orang lain minimal 1 meter dan menjauhi kerumunan untuk sementara waktu, kami patuhi. Bahkan acara bertemu dengan teman secara rutin sudah tidak saya lakukan sejak 2 bulan sebelum virus corona merebak dankewajiban karantina diberlakukan.

Sejak awal bulan maret kegiatan sekolah sudah dirumahkan dan kami pun sudah berdiam diri di rumah. Per tanggal 11 Maret pemerintah mengumumkan isolasi dan dinyatakan darurat nasional untuk semua kota diseluruh Italia. Tapi sayang seribu sayang, masih banyak orang yang beranggapan ini hanya sekedar flu biasa dan menyepelekan aturan pemerintah.

30 menit berkendaraan dengan mobil sudah dinyatakan zona merah dan 1 hari setelah dekrit keluarpun masih banyak orang yang berkumpul di sekitar danau dan jalur hijau. Hal ini membuat pemerintah kota tersebut menutup paksa dan memohon kami semua untuk tetap tinggal di rumah.

Sayangnya masih saja ada yang tidak mematuhi aturan ini. Di bawah apartemen saya ada taman bermain masih terlihat beberapa anak di sana. Beberapa meter dari rumah sayapun masih ada bar yang buka dan orang-orang masih berkumpul. Aturan pemerintah dilanggar diremehkan membuat saya kesal dan gemas! Terpaksa saya telpon keamanan setempat melihat situasi ini karena bagi saya sekeras dan sekuat apapun aturan dan usaha pemerintah tapi warga tidak mematuhi wabah ini tidak akan selesai.

suasana sangat sepi di sekitaran apartemen kami tinggal

Selama masa karantina kita diwajibkan untuk mengisi formulir apabila ingin keluar untuk keperluan belanja dan membeli obat. Saat ini supermarket, toko majalah, toko rokok dan apotik buka dengan ketentuan dari pemerintah. Saya merasa bersyukur bahan makanan di kota saya masih tersedia dengan baik dan orang-orang pun tertib berbelanja sesuai kebutuhan saja. Untuk kepentingan diri sendiri, keluarga dan orang lain. Waspada tentu saja. Panik sebisa mungkin kami hindari karena kepanikan bisa menurunkan imunitas tubuh dan yang juga penting mentaati aturan pemerintah setempat. Tahan diri untuk tidak berada dikeramaian.

Tutupnya kegiatan sekolah anak-anak adalah untuk berdiam diri di rumah bukan untuk liburan, pulang kampung, mengunjungi tempat rekreasi atau hanya sekedar ngemall. Aturan ini memang dibuat untuk memutus rantai penyebaran virus berlanjut.

Bentuk dukungan dan semangat dari belahan dunia kepada Italia

Saya sangat berharap jangan sampai kejadian yang terjadi disini terulang di Indonesia. Belajar dari Cina dan Italia. Menyepelekan dan tidak taat aturan bukan hanya merugikan diri sendiri tapi juga keluarga dan orang lain. Saya hanya bisa mengingatkan kita manusia beradab, punya akal, otak dan pikiran yang baik, jangan egois tahan diri untuk tidak berpergian keluar rumah, kota atau negara jika tidak ada kepentingan. Kalau bukan dari diri sendiri yang memulai tanggung jawab dan kesadaran diri untuk kepentingan dan kesehatan bersama, sekuat dan setegas apapun usaha pemerintah semua tidak akan ada hasilnya.

Demi menjaga diri saya dan suami berinisiatif melakukan tindakan kolektif dengan semua penghuni apartemen dimana kami tinggal untuk berbelanja kebutuhan makan harian. Hanya 1 orang yang berbelanja keluar rumah untuk seluruh penghuni apartemen. Sebisa mungkin tetap berada di rumah bagi pata penghuni apartemen.

Mari kita semua dengan kesadaran diri masing-masing untuk saling menjaga dan mengingatkan, wabah ini sudah menjadi wacana dunia yang berakibat keterpurukan dalam segala bidang. Kita jaga sebelum semuanya terlambat. Sedih, was-was dan takut sudah pasti mengingat saya punya balita. Saat ini yang bisa saya lakukan dengan tetangga di area rumah saya, kita saling bertegur sapa atau sekedar melambaikan tangan untuk saling menguatkan. Tadi pagi gereja setempat memperdengarkan musik yang pesannya untuk menguatkan kita semua juga.

Semoga kita semua selalu dalam lindungan Tuhan. Bersama kita kuat melawan virus. Sehat untuk kita semua. Ingatkan diri selalu. Bantu pemerintah. Bantu tim medis dan semua orang yang berjuang menyelamatkan nyawa yang sudah terinfeksi bahwa mereka pun beresiko besar untuk tertular sementara keluarga dan anak mereka menunggu cemas di rumah.

Berdiam diri di rumah bukan suatu yang hal menyulitkan?! Pergunakan waktu ini untuk lebih mendekatkan diri antar keluarga.

Note : Italia adalah negara di eropa dengan fasilitas kesehatan terbaik. RS dan tim medis pun kewalahan menanggani pasien dengan keluhan covid-19 sementara pasien dengan keluhan lain dan sakit keras menunggu untuk dilayani. RS penuh dan koridor RS pun dipakai untuk menampung pasien lainnya. Tim medis bekerja 24 jam tanpa shif, bisa dibayangkan untuk buang air kecil pun mereka kesulitan, begitupun untuk makan, ini salah 1 info yang saya dapat dari teman yang bekerja di RS kota sebelah kampung saya tinggal. Karena itu tim medis memohon kita semua untuk membantu memutus rantai penyebaran virus “DENGAN BERDIAM DIRI DI RUMAH.”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *