Orang Sakti, Coronapun Dilawan

Orang nomor 1 di dunia tenis Novak Djokovic mengadakan sebuah turnamen tenis mengundang petenis dunia lainnya di tengah pendemi, hasilnya tidak hanya dirinya dan istrinya yang positif covid-19 petenis lainnya pun bernasib sama.

Djokovic positif Covid-19. Heran sekelas dia bisa-bisanya menantang nasib. Serasa orang sakti. Turnamen tenis di berbagai negara sudah dibatalkan atau diundur karena pendemi. Entah berapa kerugian yang sudah terkuras dan hilang. Cannes Festival saja sampai gigit jari meratap karet merah yang setiap tahun di bulan Mei jadi icon para selebritas dunia, tahun ini tetap tergulung.

Orang nomor 1 di dunia tenis ini dengan keyakinan tinggi menggelar turnamen tenis Adria Tour di bulan Juni di daerah Balkan. Merasa di daerah Eropa Selatan ini tidak terlalu banyak korban dan virus tidak terlalu menyebar maka Novak pun mengorganisasi turnamen ini dengan mengundang pemain tenis dunia lainnya.

Tidak ada jaga jarak, jabat tangan sebelum dan sesudah pertandingan, pelukan tanda keakraban, foto bersama penonton juga panitia dan yang lebih sakti lagi para pemain tenis merayakan kegembiraan di sebuah diskotek berdempetan….yes sakti!

Hasilnya? Bukan hanya dirinya yang positif Covid-19, istrinya pun ikutan kena. Pemain lainnyapun sama. Entah bagaimana dengan panitia dan penonton? Semua karena apa? Karena merasa sakti. Anggap enteng. Betul si nomor 1 petenis ini tidak ada gejala layaknya orang kena corona. Karena fisik dia mungkin yang kuat sebagai olah ragawan. Tapi ada petenis lainnya yang sampai di rawat.

Di Prancis sama. Ketika kehidupan dinyatakan mulai normal, banyak orang amnesia. Kalau itu virus masih asik lagi incar korban. Kehidupan berjalan normal, memang membuat saya mulai aktivitas di luar lagi seperti layaknya orang lain. Ya iyalah masa mau terus di kurung dalam keadaan paranoid….yang ada malah stress tingkat dewa. Hanya, kita memang bukan orang sakti. Nyawa kita cuma satu. Itu juga di pinjamin sama Tuhan. Jadi kalau di mana-mana ada terus peringatan “Corona belum berakhir virus masih tetap ada, anda harus tetap waspada jika ada gejala sekecil apapun, pilek, batuk, deman, sakit tenggorokan sebaiknya anda langsung waspada. Tetap jaga jarak, perhatikan kebersihan, pake masker.”

Pengumuman yang kita dengar di transportasi umum, media tv, radio, papan iklan sampai FB saya pun ikutan ingatin saya, itu tentu saja ada maksudnya. Silahkan anda nikmatin kehidupan normal anda lagi tapi ingat ya tetap waspada! Gitu loh maksudnya. Maka tidak heran ketika di Toulouse Prancis entah kesambet apa itu keluarga, adakan pesta pernikahan pada tanggal 1 Juni dengan 52 tamu, yang berakhir dengan 33 orang positif corona, gegara 1 tamunya dari Jerman sakit corona ditelusuri perjalanan selama beberapa hari salah satunya pesta pernikahan itu yang berujung dengan jumlah tamu yang datang 33 hingga saat ini positif corona.

Begitu juga ketika minggu 21 Juni lalu. Untuk menyambut musim panas salah satu tandanya adalah dengan pesta musik di seluruh Prancis, karena 21 Juni adalah hari terpanjang. Pesta musik ini di tempat umum ini, membuat orang berjejal asik lupa kalau di dalam kerumunan ada si corona ikutan goyang nikmatin musik sambil peluk dan cium mesra korbannya.

Kehidupan normal sebenarnya buat saya tidak akan pernah normal. Lagian normal itu apa sih? Anak-anak kembali ke bangku sekolah, orang mulai kembali ke kantor, berbagai pusat komersial sudah dibuka, taman dan museum mulai menerima pengunjung dan restoran-café bisa beroperasi lagi dengan persyaratan kesehatan yang ketat. Tentu saja saya mulai menikmati teras café, sambil pilih mana pelayan yang pake masker dan taruh bangku jaga jarak dari satu meja ke meja lainnya. Cinéma yang sudah buka, buat sementara cuma bisa saya dadahin dari jauh, belum PD buat duduk di dalam takut sebelah saya ada si corona lagi ikutan nonton.

Banyak hal yang sebenarnya yang tidak terlalu penting bisa kita lewati. Kalaupun terpaksa dilakukan sebaiknya memang dipilih dulu kali ya. Toh kita masih dalam masa pendemi jadi kalau menolak sesuatu dengan alasan masih takut dan waspada sama si corona semua bisa maklumi, dijamin. Suami saya saja, sebagai penerbit yang kewajibannya bertemu para seniman, penulis, bertemu orang di pameran salah satunya, dari sekian pembukaan pameran bulan Juni ini hanya satu yang dia datangi itupun karena di kota kecil dengan penduduk bisa dihitung pake jari.

Sampai hari ini beberapa sahabat Prancis saya masih banyak yang menolak bertemu kami. Dan kami pahami betul. Memang manusia tempatnya khilaf. Tapi lantas jangan merasa sakti. Apalagi sampai merasa kesaktian kita juga bisa membuat orang lain kebal.

Silahkan nikmatin kehidupan baru. Saya juga kok mulai menikmati bisa beraktivitas seperti sebelumnya. Hanya tidak ada yang normal lagi seperti sebelumnya saat ini…. Karena kita akan selalu digentanyangi sama si corona centil itu. Dan kita usahakanlah saat ini untuk tidak terbawa rayuan dari kegenitan si corona.

Photo: Andrej ISAKOVIC / AFP

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *