Amalia Seniman Visual, Obesesinya dengan Realitas Alternatif Melahirkan Sebuah Karya Menakjubkan

Catatan Dini K M

Amalia Laurent, wanita campuran berdarah Jawa dari ibunya dan Prancis sisi ayahnya, ditemui Surat Dunia dalam salah satu pamerannya “L’édifice immense du souvenir” di Centre d’Art Contemporain de Nimes (CACN). Nimes bukanlah kota yang asing baginya karena selain di Paris, atelier lain wanita kelahiran 1992 ini berada di rumah neneknya di kota yang terkenal dengan arena gladiatornya.

Amalia di expo CACN

Surat Dunia menemui Amalia untuk melihat hasil karyanya yang dipamerkan sejak 22 April hingga 29 Juli 2023. Sebuah kejutan, seniman yang juga seorang pemain gamelan ini, didatangi oleh sang idolanya Claude Viallat, seniman tersohor Prancis yang juga berkarya lewat kain seperti Amalia. Surat Dunia diwakili oleh Dini Kusmana Massabuau, melihat bagaimana dua generasi ini saling bertukar kreativitas mereka dan kritik membangun dari sang seniman kontemporer kelahiran Nimes bagi generasi penerusnya.

Amalia bersama Claude Viallat

Amalia menggunakan berbagai mediator dalam berkarya salah satunya lewat kain, bermain warna, transparasi dan banyak kenangan yang menjadi ide dalam dirinya berekspresi menghasilkan sebuah karya. Berikut wawancara Surat Dunia dengan dirinya.

Karya Amalia di CACN

Surat Dunia (SD) : Halo Amalia, selamat atas pamerannya di CACN ini, nama kamu semakin besar ya setelah pameran spektakular di Sainte-Chapelle di Paris.

Amalia : Terimakasih juga sudah datang…

SD : Baik kita mulai wawancara kita ya, ceritakan tentang latar belakang kamu dibidang seni ini.

Amalia : Saya lulus dari HEAR Strasbourg (BA) dan Royal College of Art di
London (MA). Saya secara bertahap mengkhususkan diri di bidang percetakan seperti sablon, ukiran atau litografi. Di Strasbourg, saya belajar menggunakan teknik pencetakan ini dengan bereksperimen dan itu juga secara paralel saya belajar teknik Batik tradisional dengan seniman Mas Tatang dekat Yogyakarta. Kemudian, tiba di London, saya mengembangkan teknik di bidang seni cetak sambil menyisipkan teknik lain yang saya pelajari di Indonesia seperti batik cap.

SD : Bagaimana Amalia menggambarkan karya senimu ?

Expo Amalia di CACN

Amalia : Pekerjaan saya seringkali in situ, artinya terkait dengan suatu tempat. Pewarna saya juga sangat transparan karena ukuran jaring lebar yang dimiliki kain tersebut. Meskipun banyak lapisan pewarna (lusinan dan lusinan), hasil finalnya bisa tidak terlihat. Inilah yang saya anggap sebagai pekerjaan saya, bagaikan panduan sebuah pandangan, berkat transparansi, kita melihat melalui kain dan bagaimana saya berpikir mengenai pekerjaan saya. Ini merupakan salah satu alasan untuk jadi penonton di suatu tempat

SD : Mengapa kamu lebih suka mengekspresikan karya melalui kain, siapa atau apa mempengaruhi dirimu ?

Expo Amalia di CACN

Amalia : Pertama-tama, kain yang saya gunakan adalah katun yang digunakan untuk menggosok tinta di cetakan untuk gravure ukiran. Bahan tarlatane ini saya kenal dengan baik dan membuat saya terpesona. Bahan yang dibuat untuk menggosok logam ini sangat tahan dan kuat namun juga transparant, dan dua sisi inilah yang sangat saya sukai.
Kemudian kain bagi saya berhubungan dengan keseluruhan planet, kain juga berkaitan dengan pakaian tetapi juga kain kafan. Ini adalah bahan yang menyertai manusia sampai akhir hayatnya. Juga di Indonesia, setiap pola dan warna memiliki makna, membuatnya menjadi sesuatu yang dapat diterjemahkan, seperti peta menunjukkan wilayah dari kelompok etnis yang berbeda.

SD : Bagaimana proses kamu dalam berkreasi dan teknik apa yang digunakan?

Amalia menerangkan karyanya kepada pengunjung Di CACN

Amalia : Proses saya bervariasi, tetapi sebagian besar sebenarnya adalah pekerjaan performatif lapisan berwarna. Saya mewarnai dan mengeringkan, memelintir kain yang terkadang 10 meter kali 4 meter. Saya meregangkannya, mewarnai bagian-bagian kecil lalu melanjutkan hingga menjadi sebuah karya. Ini adalah pekerjaan naluriah yang selalu dikaitkan dengan tempat saya bekerja. Sebelumnya, saya melakukan penelitian warna yang merupakan campuran pewarna kimia atau kulit kayu, kulit sayuran, buah-buahan, daun atau pigmen. Ini merupakan sebuah penelitian dalam komposisi warna karena kain saya seringkali monumental. Spesialisasi dalam pewarnaan ini menjadi ciri khas pekerjaan saya bahkan ketika saya menggunakan cire (lilin malam). Karena memang hal ini membuat saya bertanya-tanya tentang cara menggarisi pewarna dengan sendirinya tanpa menggunakan garis lilin dan canting? Bagaimana dua cairan dapat membatasi dirinya sendiri?

Expo Amalia di CACN

SD : Bagaimana Anda berusaha memadukan dua budaya dalam pekerjaan Anda? Mungkin pengaruh sisi asia dari ibu atau karena sebagai musisi gamelan ?

Amalia : Saya tidak terlalu menyadari campuran ini karena pada akhirnya dalam pekerjaan saya, saya berusaha untuk memahami mekanisme untuk mengungkapkan yang tidak terlihat. Dan lapisan pewarna pada kain adalah cara untuk menunjukkan bahwa tidak pernah ada ruang yang netral, bahwa ada porositas di beberapa tempat. Dan itu secara mendalam. Ketika saya pergi ke Indonesia saya adalah orang asing dan di Perancis saya juga orang asing. Inilah sebabnya mengapa pada akhirnya terjadi percampuran budaya alami, karena itu berasal dari saya. Sebagai contoh ketika saya melakukan pameran di Indonesia, penjelasan tentang pekerjaan saya berfokus pada pihak Prancis dan sebaliknya di
Prancis, saya akan berbicara lebih banyak tentang batik dan filosofi Jawa
Untuk gamelan, hal itu datang secara alami, saya mulai melakukannya
ketika saya tinggal di London, di Southbank Center. Konsep ruang di
musik gamelan sangat menarik, dan saya masuk ke dalam grup musik gamelan Pantcha Indra karena merupakan konser yang sangat jarang saya dengar dan kini saya berkesempatan mendengarkan musik ini dua kali seminggu sebagai musisi!

Karya Amalia di expo CACN

SD : Apa yang mempengaruhi inspirasi seorang Amalia ?

Amalia : Benar-benar segalanya, saya suka hal-hal yang tidak penting, misalnya bagaimana orang pergi ke luar angkasa. Saya sangat mencintai musik, saya saat ini bekerja di residensi dengan Centre National d’Edition d’Art et Image (CNEAI) mempelajari bagaimana sebuah lanskap yang muncul di retina kita saat kita mendengarkan musik. Untuk residensi ini saya bekerja dengan satu teater, dua orkestra dan sebuah asosiasi arkeolog yang menjelaskan kepada saya tempat-tempat di dalamnya yang mereka impikan untuk mendatanginya. Saya juga mempelajari ilmu sosial, dan itu sesuatu yang sangat menginspirasi saya dan di mana saya memiliki banyak pertukaran dengan kolega-kolega saya. Pada akhirnya saya rasa saya benar-benar terinspirasi oleh segalanya.

SD : Pameran penting atau berkesan ?

Pertunjukan karya seni Amalia bekerjasama dengan Pantcha Indra di Sainte-Chapelle
Doc. Pribadi

Amalia : Pada Maret 2023 saya bekerjasama dengan asosiasi Pantcha Indra untuk pertunjukan di Sainte-Chapelle di Paris sesuai dengan penelitian dan ketertarikan dengan arsitektur. Saya selalu bertanya-tanya apakah musik dapat mengubah arsitektur. Karena Sainte-Chapelle adalah tempat kelahiran Polifoni, saya ingin mengintegrasikan gamelan dan tari. Saya bekerja sama dengan Kadek Puspasari, koreografer, dan Christophe Moure, komposer, untuk pertunjukan ini. Bagi saya ini adalah sebuah pengalaman luar biasa…
Buku tentang ini akan dirilis pada Oktober 2023, mengenai dua tahun penelitian dan diskusi dengan para peneliti yang pernah bekerja sama dengan saya, tentu saja akan berisi juga dokumentasi dan gambar kinerja.

SD : Kegiatan apa yang Amalia kerjakan di luar melukis ?

Amalia : Saya bekerja sepanjang waktu, saya tidak punya liburan atau hari libur selama bertahun-tahun !! Tetapi jika saya harus berbicara tentang kegiatan lain, saya pikir itu adalah gamelan tentunya. Pantcha Indra sudah seperti keluarga bagi saya.

SD : Orang-orang mengenal Amalia sebagai campuran Indonesia Prancis, apakah itu mempengaruhi kamu dalam visi seni dan kehidupan ?

Bersama Ibunda

Amalia : Saya tidak begitu tahu, karena saya tidak benar-benar menampilkan diri saya seperti itu sejak awal. Saya pikir saya seperti banyak orang dari generasi saya, anak campuran. Seperti kami memiliki status khusus, kami dari dua negara tidak berada pada waktu yang sama…

SD : Terimakasih Amalia atas waktunya sekali lagi sukses untuk pameran di CACN Nimes ini dan juga sukses untuk karya-karya selanjutnya.

Amalia : Terimakasih sudah tertarik dengan karya saya dan membuat saya tersentuh.

Expo Amalia Laurent/ L’édifice immense du souvenir/ 22 April – 29 Juli CACN, 4 Place Roger Bastide 30900 Nimes.

3 tanggapan untuk “Amalia Seniman Visual, Obesesinya dengan Realitas Alternatif Melahirkan Sebuah Karya Menakjubkan

  • 18 Mei 2023 pada 13 h 19 min
    Permalink

    Amalia sangat membanggakan.
    Cantik, baik hati & sangat humble🥰 Karyanya luar biasa👍👍

    Balas
  • 20 Mei 2023 pada 8 h 19 min
    Permalink

    Keren banget karyanya, ikut bangga selamat ya 🙏

    Balas
  • 26 Mei 2023 pada 13 h 39 min
    Permalink

    Keren banget karyanya

    Balas

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *