Pelermo Sisilia, Perpaduan Berbagai Budaya dan Jejak Arab yang Kental
Palermo, ibukota Sisilia, Italia, adalah kota yang penuh dengan pesona. Dihiasi dengan peradaban sejarah, budaya yang semarak, dan kuliner yang menggoda, Palermo menawarkan pengalaman tak terlupakan bagi para pengunjung. Hal inilah yang membuat kami berdua memutuskan untuk merayakan pernikahan perak dan kelahiran saya sekaligus.
Jejak peradaban masa lalu:
Palermo telah didiami selama berabad-abad oleh berbagai peradaban, termasuk Fenisia, Yunani, Romawi, Arab, Norman, dan Spanyol. Masing-masing peradaban ini meninggalkan jejaknya pada arsitektur kota. Katedral Palermo yang megah, misalnya, memadukan gaya Norman, Arab, dan Bizantium.
Palermo dan peninggalan Arab
Palermo, ibu kota Sisilia, Italia, memiliki sejarah panjang dan kaya yang dipengaruhi oleh berbagai budaya, termasuk budaya Arab. Orang Arab memerintah Palermo selama lebih dari 250 tahun, dari abad ke-9 hingga ke-12, dan meninggalkan jejak yang tak terhapuskan pada kota ini.
Palermo juga memiliki populasi Muslim yang signifikan. Islam adalah agama terbesar kedua di kota ini, setelah Katolik. Ada banyak masjid di Palermo, termasuk Masjid Agung Palermo, yang merupakan masjid terbesar di Italia. Peninggalan Arab di Palermo adalah pengingat sejarah panjang dan kaya kota ini. Perpaduan ini juga yang menjadi daya tarik wisatawan karena selain Palermo kota-kota lain di Sisilila ini memang memiliki arsitektur Islam yang indah.
Begitu banyak peninggalan yang berpadu dengan budaya Arab di Pelermo, namun karena keterbatasan waktu kami memilih beberapa tempat saja. Berikut tempat yang kami kunjungi:
Istana Normandia. Beberapa peninggalan Arab yang paling terkenal di Palermo adalah Istana Normandia. Istana megah ini dibangun pada abad ke-12 oleh Raja Roger II, seorang penguasa Norman yang sangat dipengaruhi oleh budaya Arab. Istana ini memiliki banyak fitur arsitektur Arab, termasuk halaman dalam yang indah, lengkungan runcing, dan mosaik yang rumit.
Cappella Palatina. Kapel yang berada di dalam istana dianggap sebagai salah satu contoh terbaik arsitektur Arab di Sisilia. Kapel ini dihiasi dengan mosaik yang indah yang menggambarkan kisah sejarah dari Al-Qur’an.
Katedral Palermo. Katedral ini dibangun di atas situs masjid Arab. Katedral ini memiliki beberapa fitur arsitektur Arab, termasuk menara loncengnya. Mengunjungi katedral itu sendiri gratis namun, untuk melihat lukisan besar raja-raja Norman dan harta karunnya, kita harus membayar tiket masuk. Jangan lewatkan untuk naik ke atap katedral dan menikmati pemandangan pusat bersejarah Palermo.
Pasar Vucciria. Pasar yang ramai ini telah ada sejak zaman Arab. Pasar ini adalah tempat yang tepat untuk menemukan berbagai macam produk segar, rempah-rempah, dan suvenir. Di pasar ini saya membeli dua taplak meja khas Sisilia, yang satu dengan motif “Moor’s Head”, yaitu sepasang kepala pria dan wanita mengenai kisah cinta, kecemburuan, dan balas dendam yang menjadi ikon Socialia dan yang kedua dengan motif buah lemon.
Berjalan-jalan di Palermo kita bisa melihat bagaimana perpaduan budaya begitu unik menyatu. Ibu kota Sisilia ini tidak terlalu bersih, bahkan beberapa tempat banyak sampah berserakan, herannya semua itu tidak menganggu pandangan mata saya dan suami, malah menjadi daya tarik yang bagi saya sepertinya bagian dari tradisi mereka. Aneh? Tapi itulah keunikan kota yang selalu ramai turis.
Surga bagi Pecinta Kuliner.
Bagi pecinta kuliner, Palermo adalah surga. Masakan Sisilia terkenal dengan cita rasa Mediterania yang kuat, dengan pengaruh dari berbagai peradaban yang pernah singgah di pulau ini. Jangan lewatkan kesempatan untuk mencicipi hidangan khas seperti “arancini” (bola nasi kuning safran digoreng diisi sayur/daging/keju), “cannoli” (pastry renyah isi krim ricotta), dan “cassata” (kue bervariasi dengan isian ricotta dan buah) dan tentunya berbagai pasta dengan sausnya yang lezat.
Saya dan suami memang senang mencicipi masakan setempat. Baru saja datang taruh koper, salat, kaki kami sudah gatal langsung ingin menjelajahi Pelermo. Dan benar saja, baru juga keluar apartemen yang kami sewa, langkah kami sudah berhenti di sebuah kedai yang menjual arancini. Yang tadinya niat beli satu untuk cicipin saja akhirnya menjadi dua. Ketika si bola nasi renyah ini masuk mulut, wow! Rasanya enak sekali. Gurih dan renyah! Beda dengan arancini yang biasa kami beli di Prancis. Saya akui, makanan di Sisilia ini memang jempol dan harganya termasuk murah! Berbagai pasta dengan saus ikan asin, tinta cumi dan masih banyak saus lainnya wajib dicicipi. Tak heran seminggu di Sisilila berat badan kami berdua naik 4kg. Lol.
Lebih dari sekedar wisata.
Palermo bukan hanya tujuan wisata, tetapi juga kota yang dinamis dan berkembang. Saat saya dan suami menjelajahi jalanan berbatu dan alun-alun yang ramai, kami merasakan semangat dan keramahan penduduk setempat. Mengenal kota ini memang sebaiknya dengan berjalan kaki dan membiarkan diri kita tersesat di antara gang-gang sempit. Dengan cara ini, kita dapat menemukan permata tersembunyi, seperti gereja kecil yang menawan, kedai kopi tradisional, daerah Arab dengan pasarnya, taman bermain, transportasi bajaj yang jadi incaran para turis untuk keliling kota dan tentu saja pasar loak setiap hari Minggu yang tak mungkin kami lewati.
Kita juga bisa mendatangi tempat di luar pusat kotanya dengan bus. Harga transportasi di sini termasuk murah dan nyaman. Kami mencoba bus saat mengunjungi katakombe Palermo. Berbeda dengan di Paris yang berada di bawah tanah dengan suasana cukup mencekam, di sini kerangka tubuh di letakan dengan masih berpakain dan lebih mirip museum. Larangan mengambil gambar tertera di mana-mana. Untungnya dengan kartu jurnalis saya diperbolehkan memotret walaupun tidak semuanya.
Palermo dan Mafia
Sisilia terkenal juga sebagai kota mafia. Saat saya menyatakan akan ke Sisilia kepada keluarga di Indonesia, mereka spontan menjawab, “wah ke pulau mafia Dong”. Hubungan antara Palermo dan mafia memang rumit dan memiliki sejarah panjang. Sejak abad ke-19, Palermo telah menjadi sarang organisasi kriminal yang dikenal sebagai Cosa Nostra. Puncak kekuasaannya di era 1980-an, di bawah kepemimpinan Salvatore Riina. Era ini diwarnai dengan kekerasan brutal dan intimidasi, di mana para pejabat pemerintah, penegak hukum, dan jurnalis menjadi target pembunuhan.
Pada 1990-an, serangkaian penangkapan dan persidangan penting menghantam Cosa Nostra. Tokoh-tokoh penting seperti Riina ditangkap dan dijatuhi hukuman seumur hidup. Saat ini meskipun Cosa Nostra masih ada, pengaruhnya di Palermo telah berkurang secara signifikan.
Masa lalu Palermo yang kelam dengan mafia masih meninggalkan stigma bagi kota ini. Banyak warga Palermo yang bangga dengan upaya mereka melawan mafia dan membangun kembali citra kota. Walaupun masyarakat di sini bangga dengan pemberantasan mafia, namun jangan kaget suvenir berkaitan dengan gangster/mafia menjadi salah satu daya tarik sebagai oleh-oleh, termasuk saya membelikan dua pasang kaus kaki dengan tokoh mafia terkenal bagi anak-anak kami, lol.
Di Sisilia ada dua kota lainnya yang kami datangi yaitu Monreale dan Cefalú, bisa ditebak, sama cantiknya dan budaya Arab sekali lagi berbaur dalam bangunan-bangunannya.
Liburan ke Sisilia ini menjadi pengalaman yang indah dan mempesona. Rasa bahagia begitu mengalir sejak kami tiba, karena kehangatan penduduknya, keindahan kota-kota dan sejarahnya, alamnya ditambah nikmatnya kuliner Sisilila. Berlibur di sini sangat rekomendasi! Dan kamipun jatuh cinta pada Sisilia…Grazie Sicilia❤️
Tulisan yang sangat menarik, baru tahu saya kalau Sisilia banyak dipengaruhi oleh Arab tahunya hanya tempat mafia selama ini.
Kak Dini ini yang dulu di kompas.com ya dengan surat dari prancisnya, selalu senang baca catatan Kak Dini ♥️