Nikmatnya Roti Chapati di Praha
Tak jauh-jauh, kami menemukan resto India ketika baru saja berjalan menyeberangi hotel NH tempat kami menginap. Letaknya berseberangan persis berada di sebelah kanan jalan. Dari depan, hanya dua pintu besar yang terlihat dan letaknya hampir berada di atas tratoar.
Sempat berdebat di muka pintu karena kami bimbang apakah harus masuk atau melanjutkan pencarian. Saya menengok jam tangan dan ternyata waktu sudah beranjak hampir jam 8 malam. Hawa juga sangat dingin karena kami berada di awal musim semi alias di penghujung musim dingin. Okelah, kami masuk dan bergambling setelah tidak lupa ber selvie ria (yuukk pasti) terlebih dahulu …
Ketika pintu kayu resto itu kami buka, seorang pemuda India berkulit gelap berusia sekitar 20an menyambut kami. Wah, kami maju mundur karena khawatir (terlalu banyak nonton film India sihh).
Tapi karena kami sudah terlanjur masuk kedalam resto jadi kami menguatkan hati untuk tetap masuk ke meja terdepan dari arah pintu dan membalas sapaan pemuda tersebut dengan canggung. Dalam hati, jika ternyata menu yang kami lihat tidak cocok maka kami akan kabur perlahan dari resto.
Kami duduk dan mencoba rileks. Selain pemuda tadi, di dalam dapur yang terlihat dari depan juga nampak seorang laki-laki India lain berkulit lebih gelap dari pemuda yang menyambut kami tadi.
Buku Menu yang di sodorkan kami buka satu-satu. Intinya, kami lapar dan hanya ingin makanan yang mengenyangkan dan cocok di lidah. Halal tentunya. Ketika hal tersebut kami sampaikan, pemuda ramah tersebut lalu berbalik kedalam mengambil sesuatu yang ternyata adalah laptop ! Wah, apa ini…
Aku dan temanku, Fitri saling bertatapan khawatir. Sepertinya jalan pikiran kami sama. Kasian juga jika setelah si pelayan bersusah payah lalu kami tidak memesan apapun atau malah kabur secara hormat menjauhi resto. Kami berdiskusi tentang menu-menu yang ada di resto melalui gambar-gambar di laptop yang dia perlihatkan (yaa… aku, Fitrie dan si pemuda itu berdiskusi teman-teman … Satu-satu, pelan-pelan kami menunjuk dan bertanya. Pemuda ini pun tidak lelah menjelaskan dengan sedetail detailnya lengkap dengan expresi ramah yang tidak dibuat-buat. So guys, don’t judge people from the cover … sekali lagi. Wah, saya menyesal telah berpikir tidak-tidak di awal masuk.
Menu yang kami pilih dan kami sepakati (berdasarkan diskusi panjang dan saran) sekaligus merupakan makanan khas Kerala adalah Butter Chapati atau Roti Kerala. Semacam roti Maryam yang di lipat namun lebih tipis dan lebih lebar. Sepertinya dibuat di Teflon datar dengan adonan tepung bermentega. Untuk isi, kami pilih Spicy Curry Peas. Sejenis kari berisi kacang-kacangan berbumbu yang dihaluskan dengan extra cincangan cabe hijau sesuai pesanan kami sendiri.
Hidangan yang datang kemudian langsung kami cicipi. Satu porsi Chapati berisi sekitar 5 lembar tipis roti. Cara memakannya, Roti dilipat dan diantara lipatan diisi dengan sekitar sesendok Spicy Curry Peas.
Rasanya ? Sebentar … saya terpesona untuk sesaat setelah gigitan pertama. Waduh, enaakkk sekali. Enak yang benar-benar terasa di lidah, jadi bukan rasa yang timbul karena kami sangat lapar. Bahkan kami harus tambah berkali kali karena porsi yang kami rasa kurang banyak ( karena lapar?).
Di saat menghabiskan pesanan kedua, satu orang teman lagi menyusul tanpa sengaja ke resto. Akhirnya setelah dikompori, mb Ima ikut memesan makanan yang kami pesan. Makanan yang habis sekejab mata dan lalu kami kembali order seporsi untuk kami santap bersama. Sepertinya malam itu kami tidur dengan senyum tersungging di bibir kami karena rasa kenyang dan puas akan makanan yang kami pesan.
Tentu masih banyak menu lain yang mereka tawarkan. Diantaranya aneka curry, daging dan vegetable. Salad, juga Nasi dan Biriani. Untuk Roti Chapati, jika tidak suka bermentega, mereka juga menyediakan Chapati tawar.
Berikut dibawah ini kami sertakan alamat Keralam Resto jika suatu saat kalian berkesempatan mengunjungi kota Praha, republik Chez.
