Berawal Dari Mesin Jahit Bekas Kini Dirinya Menjadikan Kain Indonesia Sebagai Fashion Iconnya.

Tahun 2010, seorang teman menjual mesin jahitnya. Dia menjelaskan bagaimana cara menggunakannya. “Saat itu, saya betul-betul belum pernah menjahit dengan mesin, tapi ya memang sudah tertarik dengan dunia mode, dan saya senang sekali memakai baju yang unik dari selera saya”. Tutur Mamik Peyrat menceritakan awal pertama kali dirinya memulai mengutak atik bahan hingga membawanya menjadi kreator baju.

Ia terus mencoba dengan berbagai jenis bahan. Membeli kain, merancang, menjahitnya sendiri. Semua dipadukan dengan selera etnik dan modern, seksi namun tetap elegan. Sesuai dengan pribadi Mamik, yang menyukai fahion etnik, seksi dan elegan. “Awalnya, saya malah menggunakan contoh dari rok anak saya, saya potong kain, tanpa patron, soal mode saya imajinasi sendiri saya, hanya ukuran saya coba dari rok anak saya, kaget juga ternyata hasilnya kok lumayan, jadilah membuat saya semakin termotivasi untuk memperdalam lebih lanjut”.

Kain-kain etnik yang dipadukan dalam kreasinya oleh wanita asal Yogyakarta ini, dia bawa dari Tanah kelahirannya. Bahan lurik dan batik jawa itu sangat indah, menurutnya. Ia mengaku tak pernah belajar mode, karena itu semuanya karena hobi, soal ide dari kreasinya, selain dari idenya sendiri juga dari hasil melihat cuplikan fashion, atau baju yang dibawakan oleh seseorang hanya kemudian ia kembangkan dengan imajinasinya sendiri agar sesuai paduan antara fashion yang sedang trend di Perancis dengan kain etniknya.


Baju karyanya kerap ia gunakan untuk berbagai acara. Undangan yang hadir selalu menanyakan soal baju yang ia kenakan karena berbeda. Senang tampil beda tak tanggung memang untuk Mamik, bahkan hingga asesorispun ia rancang sendiri, agar sesuai dengan baju kreasinya. Dari situlah orang mulai banyak tertarik untuk memesan kepada wanita yang tinggal di Evreux Perancis ini.

Penampilannya yang kerap dianggap memiliki style tersendiri membuatnya mendapat penawaran untuk berpartisipasi dalam peragaan busana. “Saat ini saya masih melalukan fashion bersama teman perancang lainnya, karena saya masih baru di dunia ini, masih belajar dalam berkarya”. Tambahnya lagi, “Hingga saat ini baru enam peragaan busana yang saya ikuti, tapi tujuan saya bukan untuk menjual setiap kali saya partisipasi, lebih ke arah memperkenalkan kreasi saya dan juga tentunya kain asal kota saya Yogyakarta”.


Sejauh ini klien Mamik kebanyakan memesan baju darinya lebih senang sesuai dengan acara yang akan mereka hadiri. “Mungkin karena baju saya kan memang mode dan paduannya unik, jadi untuk acara spesial banyak sekali klien saya yang senang tampil beda”. Penjelasan Mamik yang saat ini sedang mempersiapkan koleksi barunya.

Mamik Peyrat, berharap meskipun dirinya masih baru di bidang fashion, namun keinginannya agar kain tradisional asal kelahirannya bisa semakin dikenal di Perancis, merupakan impiannya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *