Corona Membuat WNI ini Kehilangan Pekerjaan

Catatan seorang WNI Desi Moƫllic

Bulan Februari dan Maret adalah masa liburan musim dingin bagi orang-orang Eropa yang kebanyakan memilih berlibur dengan ber ski ria. Dengan adanya Corona ini stasiun ski banyak yang terpaksa ditutup, seperti di Prancis. Orang-orang juga tidak bisa mendatangi lagi tempat-tempat ski di gunung karena kena lockdown. Akibatnya banyak yang kehilangan mata pencaharian bagi mereka yang memiliki pekerjaan dibidang ini. Berikut catatan Desi Moelic.

Corona oh corona, sudah beberapa bulan lamanya jadi perbincangan hangat siapa sangka virus yang berasal dari kota Wuhan, Cina ini menjadi pandemi ?

Pandemi bukan sekedar katanya yang mengerikan untuk didengar tapi efeknyapun mengerikan bagi kebanyakan orang yang sekarang hidup di setiap sudut dunia sekarang. Ada yang kehilangan pekerjaan, ada yang usahanya rugi sampai tidak terhitung kerugiannya, ada pula yang harus merelakan ditinggal oleh anggota keluarganya dikarenakan terinfeksi virus ini.

Biasanya ramai dimusim dingin dan liburan kini sangat sepi

Saya pribadi kehilangan pekerjaan saya diakibatkan oleh virus ini. Semenjak tanggal 14 Maret saya hanya berdiam diri rumah, mencari pekerjaan di tempat usaha atau bisnis lain yang masih bukapun saat itu tak ada gunanya, karena merekapun telah memulangkan beberapa karyawan dikarenakan jumlah turis yang menurun drastis. Tempat ski di Swiss masih dibuka, orang-orang masih bisa berski tapi restoran dan kereta gantung untuk keperluan ski tidak berjalan. Semua dikarenakan sepinya pengunjung. Ini dikarenakan banyak negara yang menlockdown.

Menyepi di Rumah

Disaat negara-negara tetangga melakukan lockdown total, disini di Swiss, orang-orang masih bisa keluar rumah dengan catatan tidak boleh berkumpul lebih dari 5 orang di tempat publik. Disatu pihak dengan peraturan ini kita masih bisa menikmati udara bebas, sekedar berjalan-jalan disekitaran rumah cukup melegakan dan mengurangi stress akibat dari kehilangan pekerjaan. Tapi dilain pihak dengan masih memperbolehkan orang-orang berkumpul meskipun hanya 5 orang jumlahnya, hal ini tentu saja tidak akan menyetop penyebaran dari si virus, dan saya cukup kuatir jika pandemi ini tidak akan berakhir dikarenakan orang-orang yang masih bertemu satu sama lain.

Beberapa orang yang saya kenal disinipun masih tetap bertemu dengan teman mereka layaknya tidak ada hal gawat yang sedang terjadi. Beberapa orang seperti saya masih keluar rumah, sekedar menghirup udara bebas sebentar tanpa berkontak fisik dengan orang lain selain suami tentunya dan sebagian lagi ada yang mengurung diri 100% terutama bagi mereka yang beresiko tinggi.

Untuk pergi ke supermarket, kami tidak memerlukan surat layaknya di Prancis hanya saja sebelum memasuki supermarket, para pramuniaga akan menyemprotkan cairan desinfektan ke tangan dan barang bawaan kita, juga mengelap keranjang belanjaan dengan alkhohol.

Peraturan yang harus dipatuhi pembeli


Saya jadi lebih sering dan teliti dalam menjaga kebersihan. Jika habis berpergian kita selalu langsung mencuci pakaian tentunya mencuci tangan juga. Sedangkan jika kita baru kembali dari membeli sembako, kita langsung mandi untuk membersihkan diri, jaga-jaga jikalau ada virus yang menempel. Sepatu, pintu depan, dan beberapa tempat yang kita sentuh saat memasuki rumahpun kita bersihkan rutin dengan alkhohol.

Kegiatan di rumah sendiri tidak banyak, sekedar membuka sosial media, menonton tv, membuat konten untuk youtube, dan malamnya masak makanan-makanan khas Indonesia atau Asia yang tentunya memakan waktu, lumayan untuk menyibukkan diri.

Bicara tentang konten youtube, kalian bisa lihat salah satu video yang saya buat mengenai lockdown di Eropa ini yang sama kiranya seperti perayaan Nyepi bagi umat hindu di link berikut

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *