Bali Diyakini Akan Tetap Jadi Daya Tarik Wisatawan Usai Pandemi

Jakarta, 12 Mei 2020 – Bali diperkirakan tetap akan menjadi destinasi yang favorit wisatawan untuk dikunjungi usai pandemi COVID-19, termasuk wisatawan asal Prancis yang menjadi salah satu negara potensial penyumbang wisatawan ke Indonesia. 

Deputi Bidang Pemasaran Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nia Niscaya dalam webinar bersama TA/TO Prancis yang diselenggarakan VITO Prancis, Selasa (12/5/2020) mengatakan, Bali tetap akan menjadi favorit wisatawan karena selain memang menjadi salah satu destinasi yang selalu memiliki daya tarik kuat bagi wisatawan, Bali juga merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki penyebaran COVID-19 yang terkendali. 

Webinar ini dihadiri oleh 350 travel agent Perancis dengen thema “Les 15 Paradis Caches de Bali”

“Meskipun Bali adalah pusat pariwisata di Indonesia dengan banyak wisatawan yang berkunjung ke pulau itu, tapi Bali bukanlah pusat pandemi COVID-19 di Indonesia,” kata Nia Niscaya. 

Nia menjelaskan, kasus positif COVID-19 di Bali hingga saat ini tercatat sebanyak 300 kasus dengan 195 orang sembuh dan 4 orang meninggal. Hal itu lantaran program pencegahan yang dijalankan pemerintah, baik pemerintah pusat dan daerah berjalan dengan baik. 

“Ini karena masyarakat Bali dapat bersikap disiplin untuk tetap tinggal di rumah dan mematuhi perintah kepala desa dan pemimpin agama setempat. Jadi, budaya memainkan aturan penting dalam hal ini,” kata Nia Niscaya. 

Karena itu Nia memperkirakan Bali akan menjadi salah satu destinasi yang relatif lebih cepat pulih dan banyak dikunjungi wisatawan begitu pandemi dinyatakan usai. 

“Bali telah sejak awal meningkatkan kewaspadaaannya terhadap COVID-19. Meskipun provinsi tersebut belum secara resmi memberlakukan pembatasan sosial berskala besar (PSBB), tapi sebagian besar tindakan pencegahan telah diambil,” kata Nia Niscaya. 

Kemenparekraf, lanjut Nia, akan menjadikan Bali sebagai pilot project untuk penerapan program CHS (Clean, Health, and Safety) untuk diterapkan di berbagai destinasi dan pengelola usaha pariwisata lainnya di Bali, seperti restoran dan hotel. 

Selain Bali, pemerintah juga akan menjalankan program serupa di Yogyakarta, Kepulauan Riau, 5 destinasi super prioritas, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, DKI Jakarta, dan nantinya di seluruh Indonesia. 

“Melalui program CHS ini kami ingin destinasi benar-benar siap ketika kembali menerima wisatawan usai pandemi. Kami tidak mau turis mancanegara maupun lokal kecewa karena kami tidak siap. Kami akan mendorong industri untuk nantinya bisa menerapkan program CHS dengan baik,” kata Nia. 

Dalam kesempatan itu Nia juga menjelaskan langkah-langkah secara umum yang dilakukan Kemenparekraf/Baparekraf dalam melakukan mitigasi dampak COVID-19 terhadap sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *