Juara I : Semarak 17 Agustus di Tanah Gempa

Aghniya Ilma Hasan

Tahun 2018 adalah pertama kalinya saya merayakan Hari Kemerdekaan di luar kampung halaman tercinta: Bandung. Kala itu, lembaga tempat saya bekerja meminta untuk terjun ke lokasi bencana gempa di Lombok. Tanpa ba-bi-bu, saya menyanggupi permintaan tersebut, dan tidak terasa setelah 2 minggu berada di sana, 17 Agustus kian dekat.

Teringat malam itu, (16/8/2022), Sembalun Bumbung – Lombok Timur begitu gelap pekat. Jika maju ke dusun-dusun di dalamnya, barulah kita lihat ada titik-titik cahaya di tenda pengungsian. Namun tak ada hingar bingar kemerdekaan. Tak ada lampu kelap-kelip yang menggantung di atas susunan kertas merah putih sepanjang jalan yang biasa ditemui.

Memasuki pengungsian (ladang-ladang stroberi terpaksa disulap menjadi tempat tinggal sementara), suasananya kian syahdu. Dari tenda-tenda sebesar 3×6 meter itu, terdengar lantunan ayat Al Quran. Masyarakat Sembalun memang terkenal religius.
“Tahun ini kami hanya yasinan,” celoteh Iyuni, bocah kelas 1 SD. Saat itu, ia dan kawan-kawannya menyemut di dalam tenda, mengeja kitab suci dengan secuil cahaya dari senter.

Beberapa pengungsi lainnya memutuskan untuk membaca Yasin di masjid darurat, ditemani suara genset yang menggemuruh. Maklum, di dalam tenda, mereka bisa berjubel dengan 30 orang lainnya. Daripada berdesakan, beberapa diantara mereka memilih menyepi ke masjid. Begitulah, di atas tanah gempa, malam sebelum hari kemerdekaan dilalui dengan kesyahduan.

Relawan tidak berdiam diri. Kami tidak mau, Agustus menjadi ingatan buruk bagi para pengungsi. Sehingga sejak jauh-jauh hari, sejumlah relawan dari berbagai lembaga bersatu untuk memeriahkan Hari Kemerdekaan di tanah bencana. Di pagi hari, relawan sudah hiruk pikuk. Beberapa dari mereka sibuk mengumumkan terkait upacara ke tenda-tenda pengungsian, dan sebagiannya menyiapkan bambu untuk pengibaran bendera.

Dan seraya disiapkan, orang-orang menyemut mengisi tanah lapang. Ibu-ibu dengan capingnya, anak-anak dengan sandal butut mereka, serta pemuda dengan kaos oblong seadanya.

Semua berbaris rapi. Khusyuk saat Pembukaan UUD 1945 disuarakan, kala dibaca dari tulisan tangan di secarik kertas lusuh. Puncaknya, suasana upacara itu mengharu-biru saat semua peserta upacara menyanyikan lagu Indonesia Raya.

“Saya tidak menyangka akan upacara di kondisi seperti ini,” kata Bu Idam, seorang pengungsi, seraya menitikkan air mata.
Sehelai bendera merah putih itu berkibar. Menjulang tinggi, mencolok di tengah hijaunya warna Gunung Rinjani, Bukit Nanggi, Bukit Anak Dara, hingga Pegasingan yang mengelilingi Sembalun. Rasa haru kian bertambah saat lagu ‘Syukur’ berkumandang. Bendera merah putih diturunkan menjadi setengah tiang untuk mengenang bencana gempa.

Selepas dzuhur, para pengungsi kembali berkumpul. Kali ini, tak ada kesenduan. Semua menunjukan wajah cerah. Alasannya karena saat itu akan diadakan perlombaan. Sengaja, lembaga-lembaga sosial urunan dari himpunan donasi masing-masing untuk menggembirakan para penyintas gempa.

Lomba-lomba yang diadakan adalah tarik tambang, makan kerupuk, dan balap karung. Bahkan ada perlombaan yang tidak saya temukan di kampung halaman, yaitu balap membawa tampah makanan. Ibu-ibu yang tercepat membawanya tanpa tumpah, dialah yang menang.
Puncaknya tentu adalah panjat pinang. Para relawan memilih berbagai peralatan rumah tangga seperti baskom, penanak nasi, hingga sandal untuk dihadiahkan. Gegap gempita menyoraki para peserta lomba sungguh menghangatkan hati saya yang sempa kelabu saat upacara tadi.

Mungkin inilah hikmahnya. Makna merdeka adalah sesederhana membebaskan diri dari rasa takut, menggantinya dengan perasaan syukur serta canda tawa.

3 tanggapan untuk “Juara I : Semarak 17 Agustus di Tanah Gempa

  • 6 September 2022 pada 15 h 11 min
    Permalink

    Bagus sekali tulisannya, semoga ada tulisan2 lainnya.

    Balas
  • 6 September 2022 pada 15 h 11 min
    Permalink

    Pantas jadi juara I

    Balas
  • 8 September 2022 pada 6 h 44 min
    Permalink

    Salut ada anak muda jadi relawan khususnya saat ini. Selamat ya anda memang pantas jadi juara.

    Balas

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *