Menggali Jejak Budaya Rempah di Lampung 19

Dalam momentum persinggahan ke Lampung, Direktorat Jenderal Kebudayaan membawa rombongan Muhibah Budaya Jalur Rempah (MBJR) 2024 mengunjungi Museum Negeri Lampung, pada Jumat (12/7). Kunjungan ini bertujuan untuk menggali lebih dalam tentang jejak budaya rempah di Provinsi Lampung di masa lalu dan perkembangannya pada saat ini melalui pameran dan seminar.
 
“Kunjungan ini menjadi momentum untuk menyebarkan informasi tentang potensi kekayaan Indonesia yang salah satu titiknya ada di Lampung, sehingga kita dapat semakin mencintai dan memajukan budaya daerah. Selain itu, diharapkan agar masyarakat dapat lebih memanfaatkan museum sebagai sumber belajar,” ujar Kepala Museum Negeri Provinsi Lampung, Satria Utami Dewi.

Dalam menyambut para Laskar Rempah Lada Hitam, Museum Negeri Lampung menggelar pameran temporer Kain Sebagi. Kain ini merupakan wastra yang menjadi saksi kejayaan rempah di Bumi Ruwa Jurai. Di masa lalu, Kain Sebagi dibawa oleh pendatang yang mencari rempah, untuk ditukarkan dengan rempah-rempah yang ada di Lampung.

Selain menilik koleksi benda-benda historis yang menggambarkan peradaban berbagai suku dan daerah di Lampung, pada kesempatan tersebut para Laskar Rempah juga diajak untuk praktik membuat sambal seruit khas Lampung.

Ketua Dewan Rempah Kejayaan Indonesia, Elya Rismaini, yang hadir sebagai narasumber dalam seminar memaparkan tentang sejarah rempah sejak masa kerajaan di wilayah Nusantara. Pada saat itu, wilayah Nusantara telah dikenal sebagai pusat produksi rempah-rempah seperti lada, cengkeh, kayu manis, pala, dan kunyit. Tidak hanya sebagai komoditas perdagangan, namun juga memiliki nilai budaya dan medis yang tinggi.

“Pedagang dari India, Tiongkok, Arab, dan Persia datang ke Nusantara untuk memperoleh rempah-rempah tersebut, hingga menjadikan Nusantara sebagai titik vital dalam jaringan perdagangan maritim kuno. Lampung sendiri yang letaknya sangat strategis di pantai barat daya Sumatra, menjadi pusat penting dalam pengumpulan rempah, terutama cengkeh dan pala,” urai Elya.

Di sisi lain, Kepala Bidang Produksi, Dinas Perkebunan Provinsi Lampung, menjelaskan bagaimana perkembangan rempah di wilayah Lampung pada masa kini. Disampaikan oleh Kepala Bidang Produksi, Dinas Perkebunan Provinsi Lampung, Leni Marlina, bahwa berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Lampung tahun 2022, Lampung merupakan daerah penghasil rempah terbesar ke-2 di Indonesia dengan luas area 58.167 hektar dan produksi sebesar 18.740 ton/hektar.

“Lada menjadi salah satu rempah dengan produksi paling tinggi dibandingkan jenis rempah lainnya. Jenis lada yang paling banyak diproduksi di Lampung adalah lada hitam atau black pepper,” kata Leni.

Selanjutnya, para Laskar Rempah juga mendapat informasi terkait perkembangan ekspor lada. Indonesia merupakan negara kedua eksportir lada terbesar di dunia setelah Vietnam yang memberikan kontribusi lada sebesar 13,70% dengan produksi mencapai 86.000 ton/hektar. Pada periode 2019 s.d. 2022, ekspor lada Indonesia paling banyak dilakukan dalam bentuk lada hitam dan lada putih. Selain itu, ekspor lada juga dilakukan dalam bentuk lainnya seperti lada bubuk putih, dan lada bubuk hitam.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *