Keindahan ‘Negeri di Atas Awan’ Toraja Dipromosikan di San Francisco, Amerika Serikat

Siapa di antara kita yang tidak kenal dengan Toraja? Toraja merupakan salah satu kekayaan bangsa Indonesia, yang terletak di Sulawesi Selatan. Pemandangannya yang indah, patung Yesus Buntu Burake, rumah adat tertua di Sulawesi, julukan “negeri di atas awan”, dan masih banyak destinasi wisata khas lainnya, hingga kopi khas Tana Toraja yang namanya sudah mendunia. 

Kekhasan Toraja diangkat dalam rangkaian program promosi budaya dan pariwisata di San Francisco. Kali ini, KJRI San Francisco didukung oleh Yayasan Warisan Budaya Indonesia (WBI), menyelenggarakan acara promosi edukasi dan pariwisata Toraja bertajuk “Exploring the Art, Ritual, and Society of the Toraja in Indonesia”, di Wisma Indonesia, San Francisco pada 29 April 2023 siang waktu setempat. Dihadiri oleh mitra kerja asing, mulai dari pejabat pemerintah daerah, akademisi, peneliti, budayawan, sejarawan, hingga korps diplomatik, pelaku usaha bisnis dan kopi, serta para tokoh budaya lokal AS lainnya.

“Indonesia memiliki keragaman budaya dan warisan yang sangat besar, sangat beragam, indah, dan terus lestari, tidak pernah lekang oleh perubahan zaman, yang menjadi modalitas penting untuk semakin menguatkan daya tarik pariwisata maupun edukasi bagi wisatawan asing”, terang Konjen RI San Francisco, Prasetyo Hadi, dalam sambutan pembukaannya. 

Upaya promosi Toraja tersebut menghadirkan Kathleen M. Adams, P.hD, antropolog dunia asal AS, guru besar emeritus asal Loyola University of Chicago dan University of London, yang mendalami studi adat istiadat dan budaya Toraja serta pernah tinggal bertahun-tahun di Tana Toraja di awal tahun 1980-an. 

Dalam paparannya, Kathleen Adams mengemukakan ketertarikannya pada budaya Toraja terutama variasi rumah tradisional ‘Tongkonan’ yang telah masuk dalam daftar warisan dunia UNESCO World Heritage Site, serta kehidupan budaya megalitik Toraja yang dipertahankan hingga saat ini seperti bercocok tanam, upacara tarik batu, hingga ritual ‘mayat berjalan’ (Ma’ Nene’) sebagai bentuk penghormatan pada leluhur. “Terbilang unik dan khas, karena tanda-tanda budaya megalitik yang sangat lama masih dipertahankan oleh masyarakat Toraja, dan hingga saat ini mereka menyadari betul keunikan budaya tersebut sebagai upaya untuk mendatangkan manfaat pariwisata dan perekonomian masyarakat lokal”, ujar Kathleen Adams.

Seperti yang pernah ditulis dalam beberapa bukunya seperti Art as Politics: Re-Crafting Identities, Tourism, and Power in Tana Toraja, Indonesia (2006) dan Indonesia: History, Heritage and Culture (2019), Kathleen mengemukakan bahwa  potensi wisata di Toraja bergantung pada alam yang indah, budaya adat lokal yang unik, serta keanekaragaman hayati yang ada didalamnya, yang mengandung berbagai nilai kearifan, kebaikan, dan juga keindahan.

Konsul Penerangan Sosial Budaya, Mahmudin Nur Al-Gozaly, menambahkan bahwa promosi Toraja ini merupakan rangkaian program tematik diplomasi budaya dan pariwisata yang dijalankan sejak tahun 2022. KJRI San Francisco terus menginisiasi berbagai program promosi secara berkesinambungan, setelah sebelumnya menyelenggarakan beberapa kegiatan budaya, di antaranya Wayang Golek, Gamelan dan Kuliner Pasundan (San Francisco, 22 Oktober 2022), kemudian promosi dan edukasi wisata konservasi Komodo dan Orang Utan (Kebun Binatang San Francisco, 18 November 2022), serta Wayang Kulit dan Seni Teatrikal Jawa (UC Berkeley, 16 April 2023).

Di akhir acara Toraja ini, para tamu yang hadir sempat menikmati keindahan alam Toraja melalui program “VIV- Visit Indonesia Virtually!” – sebuah promosi khusus destinasi wisata Indonesia menggunakan alat Oculus Metaverse, menikmati berbagai kuliner khas nusantara, khususnya yang berasal dari Toraja dan Sulawesi Selatan, sambil menikmati pameran tenun tekstil dan berbagai kain tradisional asal Toraja. “Para penikmat seni dan budaya Toraja dimanjakan pula dengan sajian kopi Arabika khas Toraja yang sangat terkenal dengan rasanya yang unik beraroma rempah, tekstur yang kental, dan kadar keasaman cukup tinggi, melengkapi suguhan promosi budaya, kuliner dan pariwisata asal the Sacred Highlands itu”, ujar Mahmudin.

KJRI San Francisco menekankan pentingnya untuk terus melibatkan berbagai pakar asing dan Indonesianis dari kalangan warga lokal AS dan asing untuk semakin menambah artikulasi seni dan daya tarik terutama mengenai kemegahan budaya Indonesia bagi warga lokal AS dan asing lainnya terhadap Indonesia yang multikultural. 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *