Memutuskan Sekolah Masak di Prancis untuk Peluang Karir Masa Depan

Namanya begitu indah, Happiness Beauty Heart! Bagaikan sebuah lambang kebahagiaan. Orang tua Ines (panggilan singkat namanya) sepertinya ingin memberikan nama agar buah hati mereka mendapatkan kebahagiaan dan hati yang cantik. Gadis belia murah senyum dan terlihat riang ini memang begitu menikmati kehidupannya, kuliner menjadi pilihannya untuk berbagi rasa cinta dan kebahagiaannya. Tak salah baru satu tahun menempuh pendidikan kuliner di Paris, dirinya langsung memenangkan dua penghargaan internasional. Surat Dunia, melalui Dini Kusmana Massabuau mewawancari Ines disela-sela kesibukannya menempuh pendidikan dan bekerja magang. Berikut wawancaranya :

Surat Dunia (SD) : Halo Ines senang mendapatkan kabar dari kakak kamu Sania, yang juga pernah kami wawancarai berkat prestasinya dibidang seni lukis bahwa ternyata adiknya memiliki prestasi baik juga.

Ines : Terimakasih banyak mbak Dini, iya alhamdulillah banget.

SD : Baiklah Ines kita mulai ya wawancara ini. Ok pertanyaan pertama bagaimana perjalanan pendidikanmu hingga bisa ke bidang kuliner ?

Ines : Begitu lulus saya langsung mendaftarkan diri ke sekolah di Prancis. Kenapa Prancis karena kakak saya sudah terlebih dahulu berada di Prancis, dia lebih kepada bidang seni lukis. Tentu saja, sebelumnya saya wajib belajar bahasa Prancis dari paling dasar hingga level untuk bisa masuk kuliah, saat itu saya mempelajari bahasa di kota Avignon, Prancis Selatan. Setelah berhasil belajar bahasa dengan sistim ngebut, saking saya tipe yang nggak mau buang waktu, saya mendaftarkan diri melalui jalur parcoursup (jalur resmi pendaftaran bagi semua pelajar di Prancis untuk pendidikan lanjutan SMA). Alhamdulillah saya diterima di 6 sekolah dan saya memilih sekolah di dekat Disneyland Paris, alasannya? karena saya senang banget dengan Disney (tawa Ines).

Alasan lainnya karena saya melihat begitu banyak peluang untuk kedepannya, seperti misalnya di sekolah saya saat ini, pada tahap awal kita diperkenalkan oleh banyak pilihan; manajemen perhotelan, manajemen restorasi dan service, customer service, masak dan lainnya, hingga setelah satu tahun saya belajar di sini akhirnya opsi kulinerlah yang saya pilih berkat dukungan para guru yang menyatakan jika saya memiliki bakat dibidang masak.

SD : Tadi Ines menyatakan pada akhirnya memilih opsi kuliner berkat dukungan para guru, apakah Ines sendiri merasa jika masak adalah panggilan hati untuk karir nantinya ?

Ines : Betul sekali, pilihan ini juga berdasarkan rasa ketertarikan saya pribadi dibidang masak, mengapa? Karena bagi saya kuliner itu adalah seni. Saya belajar jika kuliner itu bukan hanya masak dan makan tetapi merupakan sebuah karya. Maksud saya di sini adalah ketika saya memilih masakan maka saya memulainya dari ide masakan itu sendiri, pilihan bahan-bahannya, kebersihan hingga penyajian yang lebih berbentuk dekorasi dan saya belajar dari para Chef jika penyajian ini memiliki keunikan tersendiri berdasarkan style setiap orang. Itu semua yang membuat saya menjadi sangat tertarik, karena kuliner adalah seni bagi saya.

Karya kuliner Ines

SD : Sebagai pendatang dari Indonesia mempelajari kuliner di negara yang terkenal dengan gastronominya di dunia, ternyata kamu sudah bisa meraih penghargaan, bisa ceritakan ?

Ines : Ya betul ! Alhamdulillah, setelah satu tahun memperdalami kuliner, guru saya melatih dan mempersiapkan saya untuk mengikuti kompetisi di Kroasia pada bulan Maret 2023 ini. Sebuah tantangan yang tak mudah. Namun saking semangatnya malah membuat saya memutuskan untuk berlomba dalam dua kategori, yaitu individual dan kelompok terdiri dari dua orang, jadi dari 30 murid sekolah hanya terpilih dua orang saja yang mewakili ke pertandingan ini.

Ines saat mengikuti kompetisi di Kroasia

Kompetisi ini meminta kita untuk mengelaborasi secara baik dan cermat, saya belajar untuk mulai dari membuat daftar jenis masakan, bahan, cara penyajian dan lainnya. Pada akhirnya saya memilih untuk menampilkan fusion food, yaitu perpaduan antara masakan Asia dan Eropa. Alhamdulillah, saya mendapatkan dua medali emas dan satu piala penghargaan.

SD : Luar biasa ya hanya dalam satu tahun kamu sudah bisa mendapatkan prestasi dan mempersembahkan nama Indonesia di kancah internasional. Saat ini Ines tetap meneruskan pendidikan dibidang kuliner saja atau mulai bekerja ?

Ines : Terimakasih! Emm saat ini selain sekolah saya juga bekerja part-time di sebuah hotel- restoran di Domaine de la Bretesche di Paris sebagai commis cuisine (asisten chef).

SD : Kebahagiaan apa yang kamu rasakan dalam pekerjaan ini? Dan mungkin ada kesulitannya juga ?

Ines : Kebahagiaan tentunya saat saya menata masakan untuk disajikan, melihatnya bagaikan sebuah seni yang akan diberikan kepada klien. Lalu usai masak kita kadang keluar menemui para klien, di sini sering pujian kami dapatkan dan itu membuat kebahagiaan tersendiri bahwa hasil kerja kita dihargai.

Kesulitannya lebih kepada masalah alergi. Kadang ada klien yang tidak menyampaikan kepada kami jika mereka memiliki alergi hingga bila terjadi seorang klien dengan alergi berat membuat kami merasa bersalah. Kesulitan lainnya sih lebih kepada waktu ya, sebagai juru masak kami memang bekerja sangat banyak dan fisik! Ini sangat melelahkan sebenarnya, apalagi melihat ketika akhir pekan banyak yang tak bekerja dan menghabiskan waktu untuk istirahat, santai, berkumpul nah kami justru berbeda kerap akhir minggu malah bekerja lebih banyak lagi, bukan hal aneh bila jam 2 pagi saya selesai bekerja. Tapi semuanya biasanya bisa tergantikan ketika melihat wajah-wajah klien yang begitu menikmati dan menghargai hasil masakan kami.

SD : Wah, bila kamu selalu bekerja dan sekolah apakah kamu memiliki waktu untuk santai? Kegiatan apa yang kamu lakukan di luar masak ?

Ines : Tentu saja saya tetap memiliki waktu untuk diri saya walaupun tidak banyak karena memang saat ini bukanlah waktunya untuk bersantai (tawa Ines ). Bila sedang tidak masak kegiatan yang paling saya senangi adalah tenis! Di Indonesia saya anggota club tenis dan olah raga ini cukup serius saya tekuni, jadi di Prancis pun saya tetap bermain tenis dan bertanding, bahkan bertanding secara internasional.

Tenis menjadi olah raga kesukaan Ines

Kemudian hobby saya selain tenis adalah membaca. Saya senang sekali di Prancis khususnya Paris perpustakaan sangat banyak dan besar hingga saya bisa membaca dengan tenang dan nyaman, kalau sudah membaca di perpustkaan saya bisa satu harian…

SD : Usia Ines sebenarnya masih sangat belia ya, baru 21 tahun, namun kamu terlihat mandiri dan dewasa, dari wawancara saja sudah terlihat kamu memiliki kegigihan dan fokus. Bisakah kamu memberikan motivasi bagi anak-anak muda yang ingin berkarir dibidang kuliner seperti kamu ?

Ines : Baiklah, menurut saya jika memang kita ingin menekuni bidang kuliner ini salah satu yang harus kita miliki selain senang dengan masak adalah memiliki ambisi! Ambisi untuk maju. Hal ini penting karena dengan ambisi ini kita menjadi otomatis tekun mendalami bidang kuliner.

Karya kuliner Ines

Kemudian, cinta kepada masakan. Bila kita cinta pada masak, maka membuat kita untuk terus belajar, mencoba berbagai masakan, resep, kreatif dalam melahirkan ide-ide masakan. Profesi ini sangat membutuhkan tenaga juga jadi kita harus kuat secara fisik, makanya saya rajin olah raga.

Terakhir bila ingin menempuh pendidikan di Prancis, maka belajar bahasa Prancis adalah wajib! Bisa seperti saya, menempuh dulu sekolah bahasa langsung di Prancis selama 6 sampai 1 tahun, lalu mendaftarkan diri lewat jalur resmi yaitu parcoursup memilih jurusan perhotelan selama satu tahun kemudian tahun kedua memilih opsi kuliner. Total pendidikan adalah 3 tahun.

SD : Apa rencana kamu ke depan setelah lulus dari sekolah kuliner di lycée Emilie du Chatelet, Serris nanti ?

Ines : Nah salah satu tujuan saya memperlajari kuliner memang karena saya bercita-cita membuka restoran nantinya di Jakarta atau Bali, saya ingin memperlihatkan dan membagi karya seni masakan saya di tanah air nantinya. Semoga cita-cita ini bisa terlaksana…

Satu tanggapan untuk “Memutuskan Sekolah Masak di Prancis untuk Peluang Karir Masa Depan

  • 1 Mei 2023 pada 21 h 36 min
    Permalink

    Keren bacanya semoga jadi inspirasi bagi banyak anak2 muda. Terimakasih Surat Dunia sering menampilkan diaspora Indonesia berbakat.

    Balas

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *