Aksi Bela Palestina oleh Murid-Murid di Spanyol

Catatan Caesar M Putri

Invasi Israel terhadap Gaza sejak awal Oktober masih terus berlangsung. Kecaman demi kecaman oleh negara-negara di seluruh dunia tidak dihiraukan oleh negara yang mendapat dukungan penuh oleh Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Jerman dan beberapa negara sekutu lainya tersebut. Korban jiwa dari pihak Palestina sangatkah besar, menurut sumber Aljazeera per 23 Oktober telah mencapai lebih 5000 yang setengahnya didominasi anak-anak. Sedangkan sumber lain menyebutkan lebih dari 7.000 jiwa yang mana Sebagian besar di dominasi anak-anak dan Wanita. Bahkan per hari ini saya mendapati sebuah sumber yang menuliskan korban mencapai 11.000 jiwa.

Melalui tulisan ini saya akan bercerita aksi konsentrasi masa membela Palestina dan mengutuk dunia barat yang dianggap menjadi sponsor aksi keji tersebut. Sejak invasi yang dilakukan Israel hingga saya menuliskan catatan ini, setidaknya sudah ada banyak aksi konsentrasi masa yang diselenggarakan di Spanyol, khususnya Bracelona. Saya sendiri pertama mengikuti aksi yang diselenggarakan pada tanggal 18 Oktober 2023 tepat sehari sesudah Israel mengebom sebuah rumah sakit Kristen tertua di Palestina, Al-Hadi Baptism Hospital di Gaza.

Bom yang dijatuhkan di rumah sakit tersebut membuat marah hampir seluruh masyarakat di dunia karena rumah sakit yang harusnya menjadi tempat paling aman dalam perang namun menjadi sasaran kebrutalan Israel, tak heran banyak yang menyebutkan bahwa Israel melakukan sebuah kejahatan perang dan genosida terhadap etnis Palestia. Sebutan itu tidaklah suatu hal yang berlebihan, karena selain mengebom rumah sakit, Israel juga menggunakan white Phosporus dalam serangan, zat kimia yang dilarang dalam hukum perang. Bahkan Israel juga menargetkan wanita, anak-anak dan bahkan bayi-bayi yang baru lahir. Banyak video maupun gambar yang bersliweran di media sosial yang menunjukkan bagaimana anak-anak menjadi korban dengan kondisi yang mengenaskan. Selain itu, rumah sakit lain seperti, As Shifa dan rumah sakit Indonesia di Gaza, juga berhenti beroperasi karena tidak adanya aliran listrik, air dan suplai obat-obatan, yang menyebabkan banyaknya bayi di inkubator meninggal.

Namun sayangnya dunia Internasional, khususnya European Union, yang harusnya bersikap tegas ternyata tidak seperti yang kita harapkan. Ursula von der Leyen, presiden dari European Commission, memberlakukan sebuah standar ganda dalam menyikapi invasi Israel ke Palestina dengan invasi Rusia ke Ukrania. Dan dia secara terang-terangan membela Israel dalam hal ini. Padahal apabila kita melihat sejarah, rakyat Palestina sudah menderita selama 75 tahun sejak Nakba/Nakbah pertama di tahun 1948. Seorang sejarawan yang berasal dari Israel yang menetap di Inggris, Ilan Pappe, yang juga penulis beberapa buku yang berkaitan dengan Palestina, misalnya The ethnic cleansing of Palestine dan Ten Myths About Israel, menjelaskan bahwa Nakba adalah operasi pembersihan etnis yang merupakan pengusiran secara sistematis warga Palestina untuk melakukan de-Arabisasi Palestina dan menjadikan reruntuhannya sebagai negara Yahudi pada tahun 1948. Nakba masih berlanjut setiap hari hingga saat ini  karena baru 50% orang yang diusir dan hanya 80% tanah yang dirampas.

Kita melihat, dalam waktu hampir delapan dekade tersebut, warga Palestina diusir dari tanahnya sendiri, bahkan secara terang-terangan mereka melakukan penyiksaan, penangkapan dan pembunuhan di setiap invasi yang mereka lakukan sepanjang puluhan tahun. Menurut saya, sebagai manusia, peninadasan dan genosida ini sangat memilukan karena terjadi dalam kurun waktu puluhan tahun dan masih terus berlangsung  hingga abad 21 ini. Walupun beberapa negara barat mendukung Israel, tapi kita melihat banyak masyarakat Eropa melihat peristiwa ini lebih objektif. Mereka tidak melihat ini sebagai konflik agama dan konflik etnis, namun mereka melihat ini sebagai penjajahan, kejahatan dan pelanggaran hak asasi manusia yang harus ditentang. Tak heran jika di berbagai negara Eropa, banyak sekali aksi masa membela palestina dan mengutuk Israel yang disuarakan dari berbagai macam golongan. Palestina bukan hanya rumah bagi muslim, namun juga bagi umat Kristen, dan Yahudi yang sudah sejak lama hidup berdampingan ketika berada di bawah pemerintahan Ottoman yaitu sebelum kedatangan pengungsi Yahudi korban Nazi yang di fasilitasi oleh Inggris sebagai pemenang perang dunia. Saat itu penduduk Palestina dengan tangan terbuka menerima kedatangan pengungsi Yahudi yang tidak diterima oleh negara-negara barat lainya. Namun ternyata kebaikann tersebut membawa malapetaka bagi rakyat Palestina hingga saat ini.

Berbaur dengan masa yang sangat banyak, saya melihat kemajemukan latar belakang dari para pesertanya. Dari Perempuan yang berjilbab hingga berpakaian tank-top, bersorban hingga bertato, berambut hitam hingga berambut pirang dan lain sebagainya yang menggambarkan keberagaman latarbelakang peserta. Bahkan ada juga dari komunitas Yahudi, yang Kebanyakan adalah para orang tua. Aksi pro-Palestina ini diselenggarakan oleh berbagai komunitas dan salah satu yang menurut saya menarik adalah aksi oleh student union atau persatuan pelajar. Persatuan pelajar seluruh Spanyol yang memotori aksi ini. Awalnya saya tidak paham bahwa ada aksi masa yang diprakarsai oleh persatuan pelajar. Info ini berasal dari anak sulung saya yang duduk di kelas tiga SMP. Di sekolah, mereka mendapatkan info dari guru jika pada tanggal 26 Oktober akan diadakan pemogokan siswa guna mengikuti aksi masa tersebut sehingga siswa diperbolehkan tidak masuk jika menginginkan bergabung. Sebuah tautan informasi dari persatuan pelajar diberikan oleh anak saya dan ternyata serempak di berbagai kota di Spanyol. Khusus di Kota Barcelona, ternyata konsentrasi masa dimulai di plaça Universitat yang berada di depan kampus pusat Universitat de Barcelona. Selanjutnya berjalan sekitar 4 kilometer menuju Plaça de San Jaume. Plaça ini dikelilingi gedung pemerintahan, Ajuntamen de Brcelona dan City Hall, yang merupakan pusat pemerintahan.

Student union sudah melaksanakan selama dua kali, yaitu tanggal 26 Oktober dan tanggal 16 November. Peserta aksi mulai dari anak kelas 3 SMP hingga mahasiswa. Di aksi hari Kamis, 16 November lalu, saya bersama anak sulung ikut bergabung. Tepat jam 12 siang, panitia dari student union sudah menyiapkan baner, dan microfon di plaça Universitat. Peserta berdatangan, ada yang diantar orang tuanya namun ada pula yang datang bersama teman-temanya. Melihat antusias anak-anak remaja, membawa Kuffiye (kain penutup kepala dari Palestina), bendera Palestina, poster dengan berbagai tulisan dan bahkan ada yang membawa miniatur boneka yang melambangkan bayi-bayi Palestina yang terbunuh, membuat saya selaku orang tua merasa terharu. Mengingat kami berada di negara Eropa yang mana aksi tersebut menurut saya adalah aksi yang melawan arus deras, apalagi anak-anak remaja yang biasanya belum banyak berfikir terkait aksi kemanusiaan, mereka dengan lantang meneriakkan yel-yel yang dipandu oleh beberapa panitia di depan.

Beberapa yel yang diteriakkan antara lain, no es una guerra, es un Genocidio (ini bukan perang, tapi ini pembersihan etnis/genosida), Israel asesina y Europa patrosina (Israel membunuh dan Eropa menjadi sponsor), que viva la lucha el poble Palestina (long live the struggle of the Palestinian people), free free Palestine, from the river to the sea Palestina will be free, Boycott Israel. Itulah beberapa yel-yel yang diteriakan secara bergantian. Hampir seluruh peserta yang usianya antara 14 tahun hingga 23 tahun tersebut terlihat semangtnya berapi-api, berteriak lantang, sambil membawa beberapa poster. Selama berjalan sejauh empat kilometer, suara-suara yel-yel tidak terputus, terkadang jika melewati toko kopi yang sedangg diboycott, mereka berhenti di depanya, suaranya semakin keras, seakan meluapkan amarah. Ya begitulah darah muda. Terbesit dipikiran saya, apakah mungkin mereka ini nantinya adalah para pembebas Palestina? Tidak ada yang tahu jawabanya, namun ada optimisme dalam diri saya, bahwa setidaknya tumbuh generasi yang mengetahui apa yang sesungguhnya terjadi di tanah Palestina, tanah yang saat ini masih dijajah oleh Zionis, Israel.

Aksi diakhiri dengan orasi di depan plaça de San Jaume, tepatnya di depan kantor pemerintahan. Para remaja itu, bukanlah politisi, mereka tidak terkotak-kotak oleh latar belakang partai, suku maupun agama. Tapi mereka adalah manusia yang masih punya rasa kemanusiaan yang bisa melihat secara objektif peristiwa ini. Karena sesungguhnya, tidak perlu menjadi muslim untuk mendukung Palestina, tapi cukup menjadi manusia. Begitu secuplik kalimat yang sering kita baca dan dengar yang patut direnungkan oleh mereka yang masih melihat ini sebagai konflik agama.

2 tanggapan untuk “Aksi Bela Palestina oleh Murid-Murid di Spanyol

  • 30 November 2023 pada 23 h 24 min
    Permalink

    Bravo mbak berani mengangkat persoalan ini, salut!

    Balas
    • 3 Desember 2023 pada 18 h 23 min
      Permalink

      Makasih mb, Palestina will always be in our heart mb…. semoga segera merdeka.

      Balas

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *