Inilah Cerita Perempuan Indonesia di Tanah Rantau….

Para penulis dari berbagai penjuru dunia

20 penulis. 20 wanita Indonesia perantauan dari penjuru dunia lewat buku berjudul “Enak Sih Tapi…” membagikan tulisan mereka dalam bentuk memoar. Dengan berbagai latar profesi yang berlainan pula, ke 20 wanita ini mengajakku pembaca hanyut dalam lika liku kehidupan di luar negeri. Benarkah kehidupan di LN itu memang Enak ?

Buku ini diprakarsai oleh Efa Refnita, perantauan yang bermukim di Australia dan di isi oleh 19 tulisan lainnya dari berbagai negara. Berikut wawancara dengan beberapa penulis untuk buku “Enak Sih Tapi….”

Buku Antalogi

Efa Refnita / Perantauan dari Australia

Surat Dunia (SD) : Bagaimana awalnya ide ini terbentuk?

Efa Refnita (EF) : Awalnya Efa memang senang cerita mengenai kisah kehidupan di LN. Karena memang banyak yang tidak tahu jika hidup di lain negara itu banyak sekali perbedaan yang kita hadapan. Lika likunya selalu asik buat diceritakan.

SD: Berarti ini sudah merupakan buku yang kesekian kalinya Efa buat?

EF: Ya betul, ini project ke empat saya, mengenai kehidupan di LN. Yang pertama Tema Ramadan (cerita anak), kedua Tema pendidikan ( kisah inspirasi) dan ketiga Tema lingkungan (cerita anak), lalu terakhir Enak sih Tapi…

SD: Judul bukunya cukup unik mengapa memilih Judul itu?
EF : Tema ke 4, kepikiran, karena sering kali orang-orang bilang, enak lah..hidup di LN, kalau di Indonesia begini dan begitu. Sepertinya tidak ada kebahagiaan di Indonesia. Jadi maksudnya mau membuka wawasan banyak orang. Apalagi kalau mudik, semua orang mengira yang dari LN itu Kaya raya. Padahal, sama aja, dimana-mana hidup adalah perjuangan. Jadilah ide ini kami tuangkan dalam tulisan dan Judul adalah pilihan bersama para penulis.

SD: Buku ini juga merupakan sebuah gerakan kemanusiaan dari para penulisnya benarkah?
EF: Ah ya betul sekali ! Saya beruntung karena para penulis di sini setuju untuk menyumbangkan hasil penjualan seluruh ya bagi Komunitas Petani Cerdas.. Ide sumbangan ke petani cerdas
pilihan Empowring, komunitas anak petani cerdas. Alasannya, Yayasan ini yayasan non profit. Tidak berafiliasi dengan partai apapun. Tidak berdasarkan agama, walaupun mereka menangani Qurban, wakaf,dll. Tapi misinya tetap nasionalisme.

Artha Julie Nava/ Perantauan dari USA

SD: Sebagai seorang personal branding strategist, apa yang membuat Artha yang sudah sudah terkenal sebagai coach personal dan mentor menulis, tertarik ikut bergabung dan mengapa justru topik rumah jompo yang dipilih Artha ?

Artha Julie Nava (AJN) : Pertama kali gabung tuh saat ditanya sama Efa, “Mbak, mau nggak nulis antologi tentang hidup di luar negeri?” Lalu aku tanya, “Siapa saja yang mau ikut nulis?” Lalu Efa menyebutkan beberapa nama. Ada yang aku kenal dan ada yang tidak. Kemudian aku pikir, wah udah lama nih vakum nulis. Bolehlah diawali dengan antologi.

Aku pilih topik tentang rumah jompo, karena itu jarang diangkat oleh orang saat menulis tentang kehidupan di luar negeri. Dan memang kan ini tersembunyi ya, padahal bisnis perawatan orang jompo di sini luar biasa. Mau cari yang kelas paling murah sampai paling elit ada. Aku pernah ditawari merawat orang jompo di rumahnya. Dia nggak punya banyak uang. Orangnya manis banget tapi pelupa. Aku mau diajarin njahit. Ada lagi yang pelupa parah seperti yang aku ceritakan di buku. Setiap pagi aku harus memperkenalkan diri lagi, karena dia lupa siapa aku. Itu dementia parsial, hanya lupa kejadian yang baru. Kalau kehidupan lama dia, dia masih ingat. Semuanya sangat manusiawi. Di manapun aku kerja untuk orang jompo, mau di tempat mahal atau murah, semua manusiawi. Aku bisa dekat dengan orang, bantuin mandiin mereka, cebok, segala macam, ngasih obat dll… Bercanda sama-sama, ikut nangis juga kalau mereka sedih. I love that job. Cuma aku harus berhenti karena nggak kuat kalau harus menyangga mereka jika jatuh. Padahal resiko perawat di situ. Selalu ada kemungkinan klien jatuh atau cidera.

Dian Akbas/ Perantauan dari Turki

SD: Tema yang diangkat Dian cukup seru ya seputar masalah perjodohan, mengapa memilih Tema itu ?

Dian Akbas (DA) : Waktu diajak gabung proyek buku saya langsung ok aja karena royaltinya mau buat disumbangin. Udah beberapa kali diajakin proyek buku tema mancanegara sama mak Efa (panggilan akrab Efa) dan alhamdulillah selalu berhasil. Jadi harapannya buku ini bisa menjangkau banyak pembaca juga yang berarti insyaallah laris manis karena ini untuk donasi. Asalnya saya bingung mau nulis apa. Saya bilang ke mak Efa, “Boleh nggak saya nulis tentang orang lain. Ada kisah menarik tentang bangkitnya seseorang dalam mengejar mimpinya.

Mak Efa, ok ok aja dengan ide saya ini. Jadi ya saya juga langsung eksekusi idenya. Di buku ini tulisan saya berjudul BANGKIT. Di cerita ini saya sedikit menceritakan tentang diri sendiri tapi banyakan menceritakan tentang tetangga dan teman saya yang warga Lokal. Saya ingin menunjukkan bahwa di Turki ini masih ada perjodohan dan juga masih ada orang-orang yang beranggapan kalau perempuan itu nggak usah sekolah tinggi. Tapi dengan keinginan yang kuat untuk mencapai cita-cita, walaupun sudah memiliki anak, si tokoh yang putus sekolah karena dijodohkan, dapat meraih cita-citanya. Jadi cerita yang saya tulis adalah kisah nyata (gabungan 2 kisah menjadi 1). Tapi saya meramunya menjadi fiksi.

SD: Sebelumnya Dian pernah juga menerbitkan karya sendiri atau selalu berbentuk antalogi?

DA: Empat buku solo saya pernah terbit. Muslimah mompreneur; Womenpreneur checklist; Rencana menaklukkan dunia; Business guide workbook for housewives.

4 buku duet juga pernah terbit yaitu, Best of turki; Fulltime mom vs working mom; 99 emak pebisnis; Financial workbook for mompreneur. Lalu 13 buku antologi (Ceria Ramadan di 5 benua, Asyiknya belajar di 5 benua, dll)

Dini M Kusmana/ Perantauan dari Prancis

SD: Sebagai jurnalis anda menulis tidak jauh dari profesi anda?

Dini M Kusmana ((DMK) : Betul, ketika pertama diajak oleh Efa terus terang saya belum mengenal Efa. Tapi ide dan tujuan untuk donasi ini yang membuat saya tergerak. Di samping itu, tema jurnalis sengaja saya angkat karena sebagai kontributor di LN itu sangat sulit, apalagi bagi perempuan khususnya ketika berhijab. Prancis adalah negara yang pemerintahannya masih sangat tertutup terhadap islam.

SD: Apakah ini yang pertama kalinya Dini membuat buku?

DMK: Buku jenis antalogi memang yang pertama kalinya saya buat. Ternyata cukup seru, tapi sebelumnya saya sudah menerbitkan dua buku solo terbitan Gramedia yaitu 8 Comedie Bandrek (kisah perjalanan wanita muslim di Rantau) dan yang kedua 7 Malam di Maroko, kisah perjalanan pasangan suami istri (dengan suami mualaf bulan madu di Maroko)

Berikut para penulis untuk antalogi kisah perempuan di Tanah rantau.

Buku ini di terbitkan oleh Gramedia Pustaka Jaya dan tersedia dalam bentuk ebook. Berikut link

Ebook https://ebooks.gramedia.com/books/enak-sih-cerita-perempuan-indonesia-di-tanah-rantau

Buku cetak seharga Rp. 117.000 bisa dipesan melalui Efa Refnita di +61 404 105 404

Semua pembelian akan didonasikan bagi Komunitas Petani Cerdas di Indonesia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *