Proklamasi di Bulan Ramadan, Jumat 9 Ramadan 1364 H

Catatan Caesar M Putri

Pencoretan Indonesia dari tuan rumah Piala Dunia U-20 yang diumumkan FIFA dalam website resminya, Rabu 29 Maret 2023, menimbulkan kekecewaan bagi sebagian pecinta bola di Indonesia. Team Indonesia yang tidak lolos dengan jalur kualifikasi, kegagalan menjadi tuan rumah menyebabkan mereka tidak bisa main di Piala Dunia jika tidak menjadi tuan rumah. Walaupun ketua PSSI, Erick Thohir sudah berusaha keras bertemu FIFA untuk berdiskusi mencari jalan tengah, agar Indonesia tetap bisa menajdi tuan rumah tanpa kedatangan Timnas Israel, namun tidak membuahkan hasil. Di sisi lain, hal ini juga memberikan bukti konsistensi Indonesia dalam memegang konstitusi bahwa negara Indonesia menentang segala bentuk penjajahan yang tertuang dalam UUD 1945. 

Sejarah penolakan Timnas Indonesia bertanding dengan Timnas Israel pernah terjadi di babak kualifikasi ajang piala dunia 1958 di Swedia. Penolakan itu atas perintah Presiden Soekarno yang memiliki sikap anti penjajahan yang dilakukan Israel terhadap tanah Palestina.  Keputusan presiden Soekarno itu diikuti dengan sikap heroik para pemain timnas Indonesia untuk menghentikan Langkah selanjutnya walaupun kesempatan Indonesia untuk lolos piala dunia saat itu sangat terbuka lebar. Maulwi Saelan, kiper utama Timnas Indonesia saat itu menirukan ucapan Soekarno “bahwa bertanding dengan Israel sama saja dengan mengakui mereka”. Rasa kemanusiaan, solidaritas dan juga heroik para pemain Timnas saat itu melebihi sikap egosentris mereka. Bahkan Swedia sendiri pernah menolak gelar pertandingan tanpa penonton di piala Davis tahun 2009 karena aksi penolakan terhadap Timnas Israel di negeri tersebut. Penolakan lain juga pernah dilakukan oleh imigrasi Malaysia terhadap team Israel yang akan masuk untuk mengikuti turnamen dunia squash di negaranya. Itu hanya Sebagian contoh dari puluhan peristiwa penolakan bertanding dengan Timnas Israel yang dilakukan oleh beberapa negara.

Selain itu, prinsip dan sikap Soekarno tersebut didasari oleh hubungan sejarah yang kuat antara Palestina dan Indonesia. Palestina bahkan merupakan satu-satunya negara yang mengakui Indonesia sebagai negara berdaulat yang disampaikan sebelum proklamasi kemerdekaan, yaitu pada tanggal 6 September 1944. Ulama Palestina, Syeh Muhammad Amin Al-Husaini, saat itu menyebarluaskan dukungan kemerdekaan Indonesia, salah satunya menyiarkan melalui radio berbahasa Arab di Berlin. Padahal saat itu Palestina juga pada posisi genting melawan imperialis Inggris dan Zionis yang ingin menguasai Al Quds, Palestina. Dukungan lain yang dilakukan Palestina adalah melobi negara-negara di Timur Tengah yang berdaulat di Arab untuk mengakui kemerdekaan Indonesia. Dukungan cepat Palestina atas kemerdekaan Indonesia tersebut didasari atas janji kemerdekaan yang diucapkan Perdana Menteri Kaiso di parlemen Jepang pada tanggal 6 September 1944. 

Seperti Deja Vu, hari ini delapan puluh tahun lalu tepatnya Jumat, 9 Ramadan 1364 Hijriah, adalah peristiwa bersejarah ketika Presiden Soekarno dan Bung Hatta, akhirnya memproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia. Seperti ada sebuah benang merah antara peristiwa ketika Palestina mendukung kemerdekaan Indonesia dan ketika rakyat Indonesia membela Palestina dengan menolak Timnas Israel di bulan Ramadhan yang penuh keberkahan ini. 

Sebelum proklamasi tersebut, sejumlah peristiwa penting untuk mewujudkan kemerdekaan ini sudah dimulai yaitu pembentukan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada malam pertama Ramadhan. Selanjutnya pada tanggal 1 Ramadhan1364, presiden Soekarno, bung Hatta dan Radjiman terbang ke Dalat, Vietnam untuk menagih janji kemerdekaan kepada Marsekal Terauchi dan tiba di, Vietnam tanggal 10 Agustus 1945 karena sempat bermalam di Singapura untuk menghindari musuh dan adanya turbulensi pesawat karena cuaca buruk. Di saat yang sama, kota Nagasaki di bom oleh sekutu yang mana ini menjadi momentum pas untuk mempercepat kemerdekaan Indonesia. 

Sehingga sekembalinya di tanah Air, presiden Soekarno dan bung Hatta ditekan oleh para pemuda untuk segera memproklamasikan kemerdekaan, hingga mereka dibawa ke Rengasdengklok. Pada tanggal tanggal 8 Ramadan malam pukul 23.00, Presiden Soekarno dan bung Hatta baru saja kembali dari Rengasengklok dan tiba di rumah Laksamana Tadashi Maeda di Jalan Imam Bonjol, 1. Pada malam peristiwa perumusan teks proklamasi tersebut, Soekarno menulisakan konsep proklamasi pada selembar kertas, sedangkan bung Hatta dan Ahmad Soebardjo menyumbangkan pemikiranya secara lisan. Pada peristiwa bersejarah di bulan Ramadan tersebut, hadir pula para tokoh sperti Sukarni, Sudiro dan BM. Diah yang menyaksikan para tokoh tersebut dalam merumuskan teks proklamasi. Sedangkan tokoh-tokoh lain menunggu di teras depan.

Dok. Wikipedia

Setelah penulisan teks proklamasi tersebut selesai, sekitar pukul 04.00 dini hari (9 Ramadhan) Soekarno kemudian membawa rumusan tesks proklamasi yang masih merupakan konsep untuk dibacakan di depan para tokoh yang sudah menunggu di teras. Selanjutnya teks diketik oleh Sajuti Melik, pada saat teks proklamasi tersebut sedang diketik, kesempatan ini digunakan oleh Soekarno, bung Hatta dan Soebarjo untuk makan sahur dengan makanan dan minuman yang sudah di siapkan oleh Laksamana Maeda. Maeda sendiri pada saat malam perumusan, ijin untuk masuk ke kamar dan membiarkan peristiwa sejarah tersebut dilakukan oleh para tokoh bangsa Indonesia. Paginya 9 Ramadhan 1364 Hijriah, Teks proklamasi tersebut kemudian dibacakan oleh Soekarno dan Moh Hatta yang bertepatan pada saat mereka melaksanakan puasa Ramadan bertempat di Jl. Pegangsaan Timur 56, Jakarta. 

Saat menulis tulisan ini, pikiran saya mencoba mengilustrasikan semua peristiwa yang dialami oleh para pendiri bangsa tersebut, hingga proklamasi kemerdekaan bisa terlaksana. Ada rasa haru, mengingat perjuangan para pahlawan, para proklamator dan Para tokoh bangsa yang dengan pengorbanan jiwa raga, membawa kemerdekaan Indonesia. Hari ini, Jumat 9 Ramadhan 1444 Hijriah, tepat 80 tahun Indonesia Merdeka. Semoga kita bisa meneruskan perjuangan bangsa ini menjadi bangsa yang lebih bermartabat dan terus bermartabat. 

9 Ramadhan 1444 H/ 31 Maret 2023

Foto : Wikipedia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *