Buka Puasa Bersama PPI dan Au Pair Indonesia di Wisma KJRI Marseille

Catatan Dara Arief

Mendapat kunjungan para mahasiswa yang tergabung dalam Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Marseille-PACA pada acara buka puasa bersama membuat suasana Wisma KJRI Marseille menjadi lebih hangat dan meriah karena dipenuhi canda tawa gaya anak muda.

Berbaur diantaranya para mahasiswa S1, S2 dan S3 dari berbagai disiplin ilmu seperti fisika spesialisasi material nano, energi fusi, penanggulangan kebakaran hutan, ekonomi, bisnis, psikologi, dan lain-lain.

Kami juga beruntung karena pada 9 April 2023 bertepatan pula dengan kehadiran ustadz Dr. Moh. Abdul Kholiq Hasan, Lc. MA., Da’i Ambassador Dompet Dhuafa di Marseille dalam rangkaian kunjungannya ke Prancis. Ustadz yang merupakan dosen UIN Raden Mas Said Surakarta ini juga adalah ‘bekas’ mahasiswa di luar negeri sejak jenjang S1 sampai S3, sehingga kesempatan ini digunakan beliau berbagi pengalamannya sebagai mahasiswa untuk memotivasi para mahasiswa PPI Marseille. Beliau juga memberi nasihat agar mereka selalu fokus dalam belajar dan yakin bahwa setiap kesulitan insya Allah ada jalan keluarnya.

Selanjutnya tuan rumah Konjen RI Marseille Arief Basalamah juga ikut memberikan semangat pada para mahasiswa dan menghimbau untuk mengutamakan persatuan, sehingga walau pun tinggal di luar negeri kehidupan akan lebih mudah berkat adanya rasa kebersamaan dan sikap tolong-menolong.

Untuk menu berbuka, kami sengaja memilihkan menu jajanan yang umumnya digemari anak-anak muda, di antaranya adalah tekwan dan siomay. Alhamdulillah disambut gembira dan bahkan seorang mahasiswa berbisik bahwa ia rasanya ingin menangis menikmati makanan yang sudah lama sekali tidak dijumpai. Ketika disajikan nasi kebuli di dalam baki besar dengan daging panggang di atasnya, layaknya ala Timur Tengah, disambut mereka dengan sumringah. Duduk lesehan mengelilingi makanan diharapkan dapat lebih menjalin kebersamaan dan keakraban di antara para mahasiswa di perantauan…

Acara bukber ini ternyata juga dihadiri oleh 3 orang ‘au pair’ asal Indonesia. Terus terang baru kali ini saya mengetahui tentang adanya orang Indonesia yang menjadi ‘au pair’ di Marseille. Penuh keingin tahuan, kami mendengarkan kisah dan pengalaman mereka sebagai ‘au pair’ di negeri Napoleon ini.

Saya bersama para ‘au pair’ Mutia, Devina dan Levi

‘Au pair’ adalah suatu program pengiriman pemuda-pemudi usia 18 – 29 tahun dari satu negara ke negara lain untuk tinggal bersama keluarga negara setempat (‘host family’) seraya belajar budaya dan bahasa setempat. Peminat mengajukan diri dan menjalani seleksi untuk bisa menjadi ‘au pair’ dan dipertemukan dengan calon ‘host family’-nya yang sesuai.

Khusus untuk Prancis, visa sebagai ‘au pair’ adalah selama 6 bulan sampai 1 tahun dan masih dapat diperpanjang lagi setahun ke depan. Jam kerja total per hari 5 jam, pagi selama 1 jam membantu mempersiapkan anak berangkat ke sekolah dan sisanya sore hari untuk menjemput dan mempersiapkan makan malam.

Selain tempat menginap dan makan, ‘au pair’ juga memperoleh biaya komunikasi, biaya transportasi dan uang saku mingguan. Di sela-sela waktu luang mereka dapat keluar rumah atau mengambil kursus atau pun bersekolah. Malah jika beruntung, ada ‘host family’ yang berbaik hati memberikan bantuan biaya pendidikan ini.

Mutia, sarjana HI dari sebuah universitas di Malang bercerita sudah menjadi ‘au pair’ selama 1 tahun. Awalnya di Paris dan sekarang di Marseille. Ia berpindah ‘host family’ karena berbagai alasan, yang pertama karena ‘host family’-nya mempekerjakannya jauh melebihi ketentuan, sedangkan yang kedua ‘host family’-nya mengalami permasalahan keluarga sehingga membuatnya tidak nyaman. Tentu saja banyak suka duka bekerja sebagai ‘au pair’. Bagi Mutia, sukanya antara lain mendapat kesempatan diajak berjalan-jalan naik kapal pribadi. Saat ini ia mengambil kursus bahasa Prancis yang memang menyediakan program khusus untuk para ‘au pair’. Gadis berjilbab ini bertekad ingin melanjutkan kuliah ke tingkat master di Prancis.

Dua ‘au pair’ lainnya yaitu Devina lulusan UPI Bandung dan Levi lulusan Sastra Prancis Unpad, memutuskan menjadi ‘au pair’ agar mendapat kesempatan memperlancar kemampuan berbahasa Prancis mereka, “karena bekal dari kampus saja tidak lah cukup, masih perlu banyak latihan berkomunikasi”, demikian imbuh mereka.

Menurut Mutia, menjadi ‘au pair’ layak sekali dicoba khususnya bagi mereka yang ingin memperoleh pengalaman tinggal di luar negeri dan memperlancar kemampuan berbahasa asing dengan biaya yang tidak memberatkan. Namun tetap diingat tantangan yang akan dihadapi tinggal bersama serumah dengan orang lain bahkan orang asing yang berbeda budaya dan bahasanya. Tentu saja butuh kemandirian, keberanian, tekad yang bulat serta kemampuan menyesuaikan diri agar dapat bertahan dan memperoleh manfaat yang optimal. Betul, ini adalah salah satu akses upaya mengembangkan diri. Banyak jalan menuju Roma, banyak cara mengejar cita-cita.

Acara bukber ini diisi dengan berdiskusi, bertukar informasi dan cerita antar para mahasiswa. Semoga di waktu mendatang acara penuh keakraban dengan para mahasiswa kita ini bisa selalu terselenggarakan. Insya Allah…

Satu tanggapan untuk “Buka Puasa Bersama PPI dan Au Pair Indonesia di Wisma KJRI Marseille

  • 17 April 2023 pada 19 h 25 min
    Permalink

    Salut sama anak2 muda di perantauan apalagi wanita2 yang jadi au paire.

    Balas

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *