Berpesta Film di Festival Cannes 2023

Catatan Alfi Rizal

Setiap menjelang Festival Film Internasional Cannes, saya selalu mencari informasi apakah ada film Indonesia yang akan hadir. Dan tahun ini, betapa girangnya saat mengetahui sebuah film pendek Indonesia masuk dalam Selection Officielle!

Dokumentasi Festival Cannes

Sejak Daun di Atas Bantal yang disutradarai oleh Garin Nugroho pada tahun 1998 yang terseleksi dalam kategori Un Certain Regard, akhirnya film Indonesia terpilih lagi dengan Basri dan Salma dalam Komedi yang Terus Berputar karya sutradara Khozy Rizal dalam kategori Court Métrage.

Kegirangan menyurut saat kemudian saya menyadari bahwa film-film dalam Selection Officielle yang diputar selama Festival—selain film pembuka yang tak masuk kompetisi dan bisa disaksikan di bioskop dengan tiket masuk normal—hanya bisa disaksikan para profesional. Termasuk juga kategori Film Pendek.

Namun bukan berarti masyarakat umum tak bisa menyaksikan film kelas Festival. Masih ada film-film dalam kompetisi paralel yang bisa disaksikan dengan memesan tiket terlebih dahulu.

Tiket Online

Tahun ini, akses masuk ke pemutaran film dipusatkan di website resmi Festival Cannes. Baik untuk mereka yang terakreditasi, maupun masyarakat umum, semua harus memesan tiket untuk bisa mengakses pemutaran film. Hak aksesnya berbeda, tentu saja, untuk yang terakreditasi atau tidak.

Setelah selesai membuat akun kategori umum tanpa akreditasi dan masuk ke menu pemesanan tiket, langsung terlihat bahwa saya hanya berhak mengakses film-film dalam kompetisi paralel saja.

Tiger Stripes / AlloCiné

Di sini saya melihat film Tiger Stripes yang diproduksi bersama beberapa negara. Salah satunya adalah Indonesia, dengan produser Yulia Evina Bhara. Saya pun mengincarnya, mencatatnya dalam agenda. Karena memang kita tak bisa langsung memesan tiketnya setiap saat.

Website memperlihatkan jadwal pemutaran film tiap harinya. Akses ke pemesanan tiket baru dimulai pukul sembilan pagi, empat hari sebelum dijadwalkannya pemutaran.

Untuk Semaine de la Critique, tiket bisa didapatkan secara gratis. Untuk yang lain (Quinzaine des Cinéastes, ACID, Cannes Cinéphile, …) cukup 8 euro saja per tiket, atau 40 euros untuk 6 tiket. Sebagai perbandingan, harga normal tiket bioskop di Cannes adalah 9,50 euros.

Sayang sekali, saya tidak berhasil mendapatkan tiket pemutaran film Tiger Stripes. Setiap kali online, tiket sudah habis! Complet! Padahal saya buka website dari pagi. Memang bukan pas jam bukanya sih. Saya pun penasaran. Apakah sesulit itu mendapatkan tiket filmnya?

Empat Film!

Ternyata memang sepertinya film Tiger Stripes banyak peminatnya. Tahun ini saya tetap bisa menyaksikan … empat film! Tiga film di Semaine des Realisateurs dan satu film di Quinzaine des Cinéastes.

Film pertama adalah Sleep. Saya mengincar world premiere-nya yang dijadwalkan tanggal 21 Mei di Espace Miramar, yang dihadiri kru film. Kebetulan saya pengagum aktris Jung Yu-mi yang membintanginya. 

Rasa penasaran dan kecewa tak mendapatkan tiket Tiger Stripes membuat saya waspada. Tanggal 17 menjelang jam sembilan pagi, saya sudah bersiap di depan laptop. Begitu tiket dibuka, saya langsung pesan! Dapat!!!

Sayangnya, ternyata per orang hanya berhak atas satu tiket saja. Suami saya yang mencoba mendaftar berikutnya, sudah tak mendapatkan lagi tiketnya. Jadilah saya menonton sendirian saja.

Foto bareng artis>Bertemu Jung Yu-mi dan Lee Sun-Kyun

Tak rugi mengantri di bawah hujan dan pulang berjalan kaki lebih dari 3 km karena ada demo yang membuat jalan ditutup dan bus umum tidak berfungsi. Filmnya bagus, dan saya berhasil bertemu dengan kedua pemeran utamanya! Yes!!!

Dengan pengalaman memesan tiket tadi, saya bersepakat dengan suami untuk bersama-sama saat memesan tiket. Sayangnya suami hanya bisa menonton malam. Lumayan, kami bisa menonton Déserts di hari terakhir pemutarannya di Theatre Croisette.

Sebenarnya saya melihat masih ada tempat untuk menonton Tiger Stripes yang akhirnya memenangi Grand Prix Semaine de la Critique. Sayangnya waktunya kurang pas. Saya memilih Inshallah Walad, film Yordania yang memenangi Prix Fondation GAN à la Diffusion, yang diputar malam sehingga bisa nonton bareng suami. Dengan kencanan saat memesan tiketnya, tentu saja!

Selain itu, saya juga menonton Le Ravissement, film Prancis yang memenangi Prix SACD. Sendiri lagi. Tapi kesempatan, kan!?

Empat film yang saya saksikan tahun ini

Sebelum ini, saya baru berkesempatan sekali menonton film dalam rangkaian Festival Cannes: Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak karya sutradara Mouly Surya yang terseleksi pada Quinzaine des Cinéastes pada tahun 2017. Selain memang tak banyak film yang berhasil menarik saya, informasi mengenai aksesnya juga kurang jelas. Lalu ada ikatan anak-anak yang masih kecil, yang kalau siang jadwal sekolahnya tak pas dengan jadwal pemutaran film, dan kalau malam belum memungkinkan ditinggal sendiri di rumah.

Tahun ini, setelah 2020 tak ada karena pandemi, 2021 diselenggarakan online, dan 2022 akses terbatas, saatnya saya berpesta film. Festival ke-76 untuk saya merupakan perpaduan kombinasi banyaknya film yang menarik, informasi akses yang jelas, dan anak-anak yang sudah besar.

Indonesia di Festival Cannes 2023

Pada Festival yang diselenggarakan 16-27 Mei 2023 ini perfilman Indonesia makin terlihat. Seperti tahun-tahun sebelumnya, ada beberapa film yang ditampilkan dalam Marché du Film juga. Salah satunya adalah A Distant Call karya sutradara Andrea Suwito yang meraih DAE Award dalam ajang Docs-in-Progress Award.

Foto: Marché du Film

Basri dan Salma belum meraih Palm d’Or. Namun terseleksi dalam Selection Officielle, menyingkirkan ribuan film pendek dari segala penjuru dunia, jelas sudah merupakan prestasi sendiri.

Sebuah harapan, semoga perfilman Indonesia makin maju ke depannya!

Satu tanggapan untuk “Berpesta Film di Festival Cannes 2023

  • 14 Juni 2023 pada 19 h 21 min
    Permalink

    Keren bisa ketemu artis2 Korea dan nonton film festival.

    Balas

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *